Pages

Kamis, 12 Maret 2015

Cerpen : Ternyata Pengkhianat


Ternyata Penghianat!



Pendaftaran untuk menjadi anggota pencinta alam di kampus sudah mulai dibuka, sejak aku dan Naya menjadi mahasiswa baru dikampus ini Naya terlihat ingin sekali bergabung dan menjadi anggota MAPALA atau Mahasiswa Pecinta Alam dalah satu organiasi kampus yang tentunya berhubungan dengan alam. Dari namanya saja sudah jelas jika organisasi ini nantinya pasti akan menjelajah alam dan beberapa kegiatan lain, salah satu yang aku tahu adalah rock climbing. Selesai jam kuliah Naya mengajakku ke stand MAPALA, selain MAPALA ada juga organisasi kampus lain yang mendirikan stand karena saat ini semua organisasi kampus sedang membuka pendaftaran.
“Cit, lo ikutan ga? Ikutan yok.” Ajak Naya padaku.
“Males Nay, lo aja ya. Gue belum tentu diizinin sama orang tua.”
“Nanti gue yang bantu lu ngomong sama orang tua lu deh.”
“Males Nay, belum tentu juga pacar gue kasih izin.”
“Lebay lu. Lebih nurut sama pacar.”
Aku hanya diam, tidak menanggapi perkataan terakhir Naya. Kami masih di stand MAPALA dan Naya masih bertanya-tanya seputar kegiatan MAPALA kepada para senior di stand tersebut. Naya mengambil dua formulir pendaftaran dan memberikannya padaku. Rupanya dia tetap mengajakku agar aku ikut bergabung dengan organisasi ini. Kulihat dilembar formulir itu, kulihat lembar berikutnya, ada daftar barang-barang yang harus dipersiapkan. Kulihat semua daftarnya.
“Nay, ini serius barang-barang yang dibawa?” Kataku sambil terus melihat kertas itu.
“Iya.” Jawab Naya singkat.
“Kompas, senter, lilin, tambang, pisau. Hah? Bawa pisau segala? Golok? Buat apa sih barang-barang seperti ini Nay?” Tanyaku lagi.
“Bawel lu Cit. Itu golok buat u bertahan dihutan nanti, nanti kita diklat dihutan, kita ga di kasih makan. Jadi kita harus survive, cari makan sendiri.” Jelas Naya.
“Hah? Apa? Ngga mau gue Nay. Gila lu, gue paling takut sama ular, gimana kalau nani dihutan ada ular? Bisa mati shock gue. Ngga ngga ngga! Pokoknya gue ga mau ikut.”
“Penakut lu.”
***
 Keesokan harinya Naya kembali mengajakku ke stand MAPALA, dia ingin mengembalikan formulir pendaftaran dan membayar biaya pendaftaran. Aku menunggu Naya dari jarak yang agak jauh karena aku malas berbasa-basi dengan orang-orang yang ada disana. Ku lihat Naya bersalaman dengan beberapa orang yang ada disitu. Tiba-tiba Naya memanggilku dan memperkenalkan kepada orang-orang yang ada di stand. Aku melihat sepertinya dari salah satu orang yang ada disana tadi terus memperhatikan Naya, namanya Rony, aku sudah menyampaikan pendapatku ini kepada Naya, tetapi Naya seperti tidak terlalu menanggapi dan tidak percaya terhadap pendapatku.
Setelah kuliah selesai aku dan Naya makan dikantin, dan saat makan Rony datang menghampiri kami. Kami mengobrol banyak, dan kamipun berkenalan lebih jauh, karena selama di stand tadi kami hanya berkenalan singkat
“Cit, Rony nembak gue.” Kata Naya saat aku sedang berada dirumahnya untuk mengerjakan tugas kuliah kami.
“Apa gue bilang, dia suka sama lu. Lu ga percaya sama gue.”
“Tapi kan gue baru kenal sama dia Cit, gue takut dia seperti mantan gue yang dulu.”
“Lu ragu ya Nay? Kalau lu ragu lebih baik lu jangan terima deh Nay.” Saranku.
“Tapi Cit, sebenarnya gue juga suka sama dia, gimana dong?”
“Kalau itu, gue ga mau ikut campur Naya sayang. Itu urusan lu dan hati lu.”
***
Acara kegiatan diklat sudah selesai, Naya pun sudah kembali kerumah. Namun Naya sakit sepertinya dia terlalu capek mengikuti kegiatan. Aku berniat mengunjungi Naya kerumahnya sekedar menjenguk karena temanku itu sedang sakit. Tak kusangka aku melihat ada Rony dirumah Naya, Rony sedang menyuapi Naya untuk makan. “So sweet.” Kataku tiba-tiba yang membuat Naya dan Rony kaget. Naya terlihat malu-malu saat aku melihat dia bersama dengan Rony. Ternyata Naya mengikuti kata hatinya. Hatinya yang sebenarnya juga menyukai Rony. Aku memberi selamat kepada temanku ini, dan lagi-lagi Naya terlihat malu-malu.
Tak terasa sudah beberapa bulan aku kuliah dan minggu depan kami akan menghadapi ujian akhir semester, dan sebentar lagi aku akan masuk semester dua. Setiap hari Naya dan Rony terlihat selalu bersama. Menurut cerita Naya, dia menerima Rony saat setelah kegiatan diklat berlangsung, dan saat itulah Rony terus mendekati Naya dan mengambil hati Naya hingga akhirnya Naya mantap menerima Rony sebagai pacarnya. Jujur aku iri dengan mereka, mereka bisa bertemu setiap hari, sedangkan aku jarang bertemu pacarku lantaran kami berbeda kampus. Namun beberapa hari ini aku melihat Naya sendiri, padahal sewaktu awal berpacaran dulu Naya selalu bersama dengan Rony, tetapi kali ini Naya makan sendiri. Aku menghampiri Naya, duduk disebelahnya dan memesan makanan.
“Mel, lu tau ga? Kemarin gue nonton sama Rony. Rony mahasiswa hukum, yang ikut MAPALA juga.” Terdengar mahasiswa lain menyebut nama Rony.
          “Apa Ran? Rony? Rony Hilmanto? Mahasiswa hukum? Ikut MAPALA? Ya ampun Rani, dia juga pernah ajak gue kencan dua hari yang lalu.” Mahasiswa lain menjawab.
          Aku dan Naya langsung menoleh kearah dua mahasiswa yang sedang membicarakan Rony tadi. Aku menatap Naya dengan tanda tanya, aku berharap Rony yang mereka bicarakan bukanlah Rony pacarnya Naya.
          “Nay, Rony pacar lu bukan Rony Hilmanto kan? Yang mereka bicarakan itu bukan Rony pacar lu kan?” Aku mencoba meyakinkan bahwa Rony yang dibicarakan oleh mereka bukanlah Rony pacarnya Naya.
          “Nama Rony adalah Rony Hilmanto Cit.” Jawab Naya lesu.
***
          Naya bertemu dengan Rony dan bertanya pada Rony apa yang dia lakukan dan kemana dia pergi. Sudah beberapa minggu Rony tidak mengunjungi Naya kerumahnya, padahal biasanya Rony datang kerumah Naya setiap weekend, namun Rony berkata bahwa dia sedang sibuk karena banyak tugas kuliah yang harus dikumpulkan sebelum ujian akhir semester. Naya menceritakan pada Rony tentang apa yang dia dengar sewaktu dikantin kemarin, tetapi dengan sejuta alasan Rony berkilah dan Rony meyakinkan Naya bahwa Rony bukanlah laki-laki jahat yang suka mempermainkan wanita. Rony itu sama halnya dengan caleg caleg yang sedang kampanye, banyak sekali janji-janji, aku rasa Rony cocok menjadi caleg karena Rony terlalu banyak mengumbar janji, tidak berbeda jauh dengan caleg.
          Naya kini sedang berada dirumahku, kami belajar bersama untuk menghadapi ujian akhir semester. Kulihat Naya membuka laptopnya, dia login ke salah satu media sosial, namun yang kulihat bukan media milik Naya melainkan milik Rony pacarnya. Naya masih melihat-lihat sampai Naya menemukan satu status dari seorang wanita yang mengatakan seperti ini, “Punya pacar anak pecinta alam dan keras kepala sungguh menyebalkan!”. Entah firasat darimana Naya login akun Rony sampai akhirnya melihat status seperti itu. Naya melihat beberapa foto wanita itu, dan betapa terkejutnya Naya saat dia melihat ada foto wanita itu dengan Rony. Rony memeluk wanita itu, begitu mesranya. Naya masih terus melihat beberapa foto dan ada banyak foto Rony dengan wanita itu. Naya menangis, mematikan laptopnya. Aku memberikan tissue pada Naya, aku tahu benar apa yang Naya rasakan saat ini karena akupun dulu pernah mengalami hal seperti itu. Aku tadi sempat melihat beberapa foto wanita itu dengan Rony.
          Pengkhianat! Mungkin benar yang dibicarakan dua wanita yang dikampus tempo hari, tentang Rony yang mengajak nonton, Rony yang mengajak kencan, bahkan ada foto bukti Rony dengan wanita lain. Naya menelepon Rony untuk datang kerumahnya Naya ingin bertemu dengan Rony. Aku masih dirumah Naya, menemani Naya, aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan Naya, apalagi keadaan seperti ini. Tak lama Rony datang, aku meninggalkan mereka. Aku mendengar percakapan mereka, aku mendengar Naya menceritakan semua yang dia lihat, dan Naya menunjukkannya kepada Rony, apalagi kalau bukan foto Rony dengan wanita itu. Kali ini Rony tidak bisa berkilah, Rony tidak bisa membela diri, Rony hanya bisa diam tak menjelaskan apapun. Naya memilih putus, perasaan tidak enak Naya selama ini terjawab, tingkah dan kelakuan Rony yang belakangan ini tidak wajar, sekarang terjawab.
Aku melihat Naya menangis, aku tahu Naya adalah seorang wanita yang  sangat tulus apalagi jika sudah menyayangi, Naya sangat tulus. Namun aku benar-benar tidak menyangka jika ketulusan Naya mendapat balasan berupa airmata. Teganya Rony menyakiti sahabatku. Teganya Rony membalas ketulusan Naya dengan dustanya. Setelah mengambil keputusan untuk putus Naya mengusir Rony dari rumahnya. Aku menghampiri Naya, tangis Naya meledak, aku memeluk Naya dan mencoba untuk menenangkan Naya.
“Rony pengkhianat Cit! Gue benci sama dia Cit! Gue benci!” Naya berbicara sambil menangis terisak.
Aku hanya bisa  berkata sabar untuk Naya dan mencoba menenangkan dia dengan berkata bahwa mungkin dia bukan jodoh Naya, dan seharusnya Naya bersyukur sudah diberi tahu bagaimana Rony sebenarnya.
“Rony bukan hanya pecinta alam Cit, Rony itu juga pecinta wanita, terbukti dengan beberapa wanita yang ada dalam hidupnya, gue nyesel kenal sama dia Cit.” Naya masih menangis.
 Aku masih memeluk Naya, airmatanya membasahiku. Nayaku sayang, bersabarlah. Ikhlaskan dia yang mengkhianatimu, lepaskan dia yang tak menghargai cinta dan ketulusanmu, suatu saat akan kau temukan dia yang tulus menyayangimu seperti tulusnya hatimu. Sabarlah sayang, percayalah bahwa ini hanya sepenggal kisah yang harus kau jalani, ini hanya sepenggal kisah cinta yang harus kau lalui sebelum kelak kau dapatkan dia yang tulus. Bersabarlah dalam penantianmu untuk mendapatkan seseorang yang telah diciptakan untukmu.
Entah manusia seperti apa Rony itu. Semoga Rony cepat disadarkan.

*** SELESAI ***

Tentang Penulis :

Siska L. Rumahorbo. Suka Real Madrid C.F, suka Cristiano Ronaldo (tapi sayang Ronaldonya ga suka Siska), suka Mario Gotze (dan ternyata Mario Gotze juga suka Siska, *dalam mimpinya Siska*). Alumni Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. FB : Siska Lasria Rumahorbo. Twitter : @kikareky dan @kim289_, LINE : siskalasriarumahorbo. Blog: siskalasriar289.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar