Pages

Kamis, 12 Maret 2015

Cerpen : Misteri Mimisan Gio



Misteri Mimisan Gio

Gio bocah berusia enam tahun itu terlihat sedang asik bermain bersama teman-temannya.  Suatu saat Gio sedang mandi-mandi di kali, setelah selesai mandi Gio dan teman-temannya pun mengeringkan badannya, dan bergegas pulang, sesampainya dirumah Gio pun tidur karna dia lelah tapi alangkah terkejutnya Gio saat melihat badannya mulai bengkak-bengkak. Dia berteriak histeris memanggil orangtuanya, lantaran teriakkannya yang sangat keras orangtua Gio pun menghampiri kamar Gio, betapa terkejutnya mereka melihat badan Gio bengkak-bengkak. Ayah Gio sudah berfikir bahwa ini pasti ulah “sesuatu”.
Ayah bertanya pada Gio seharian Gio pergi kemana, bermain dimana. Dengan polosnya Gio menjawab bahwa dia bermain bersama teman-teman dan mandi di kali. Tidak salah lagi, ini pasti ulah “makhluk” itu, karna sudah banyak kejadian seperti, kejadian seperti ini sudah sering terjaadi kepada beberapa orang, bahwa orang-orang yang mandi di kali itu pasti ada saja yang terjadi pada orang tersebut. Orangtua Gio membawa Gio kepada “orang pintar” dan benar saja.
“orang pintar” itu berkata bahwa Gio memang diganggu oleh “makhluk”, “makhluk” itu ingin memasuki tubuh Gio, tetapi tidak bisa. Jadi “makhluk” itu marah dan memukuli tubuh Gio sehingga tubuh Gio menjadi bengkak-bengkak. “orang pintar” itu pun mencoba untuk mengobati Gio, menjauhkan Gio dari “makhluk” itu. Setelah proses pengobatan selesai orangtua Gio membawa Gio pulang, mereka menasehati Gio agar Gio selalu berhati-hati.
Gio bocah yang masih duduk dikelas satu Sekolah Dasar itu pulang sekolah lebih awal karna karna merasa tubuhnya tidak enak, Gio sepertinya sedang sakit, itulah mengapa Gio pulang sekolah lebih awal.
“Kamu kenapa sayang? Kok pulang sekolah cepet?”
“Gio ga enak badan Bu, Ibu guru juga tadi melihat Gio pucat jadi Gio disuruh pulang” jelas Gio.
“Yaudah kamu makan dulu ya, sayang.”
“Iya, Bu” Jawab Gio
“Mau Ibu suapin, Nak?”
“Ga perlu Bu, Gio udah besar, mau makan sendiri saja.” Jawab Gio
“Anak Ibu pintar, selamat makan ya, sayang.”
“Terimakasih Bu.” Jawab Gio
Saat sedang makan tiba-tiba ada darah menetes di makanan Gio, Gio melihat ke atas. Tidak ada apa-apa. Namun darah itu tetap jatuh dan menetes. Gio panik dan memanggil Ibu nya dengan kencang. “Ibuuuu…” Ibu Gio pun langsung menghampiri Gio, dan bertanya kenapa Gio berteriak begitu.
“Ini ada darah Bu di nasi Gio.” Jelas Gio
Ibu melihat darah di nasi Gio, Ibu memandang ke atas plafon, tidak ada apa-apa, Ibu pun becerita kepada Ayah, ayah mencoba naik ke atas dan memeriksa plafon siapa tau ada sesuatu diatas, apakah ada bangkai tikus atau sekiranya ada binatang apa yang kira-kira mati diatas, tapi Ayah tidak menemukan apapun diatas. Ibu pun menyuruh Gio untuk kembali makan. “makanannya Ibu ganti ya sayang” kata Ibu. Gio pun hanya menurut. Setelah makanannya diganti karna yang tadi sudah terkena darah, Giopun melanjutkan makan. Setelah selesai makan, Gio pun pergi ke kamar dan istirahat.
***
            Saat bangun dari tidur, Gio melihat ke arah tembok alangkah terkejutnya Gio saat dia melihat ada darah di tembok kamarnya. Gio pun teriak histeris dan memanggil Ayahnya. Ayahnya pun menghampiri Gio ke kamar juga bersama Ibu Gio, karna Ibu terkejut mendengar teriakan Gio yang sangat histeris.
“Ada apa sayang? Kamu kenapa teriak?” tanya Ibu dengan sabar.
“Itu tadi ada darah Bu.” Jelas Gio
“Dimana ada darah?.” Tanya Ayah.
“Ditembok itu Ayah.” Jawab Gio sambil menunjuk tembok
“Tidak ada darah kok.” Jawab Ayah
“Tidak ada darah, sayang.” Jawab Ibu juga dengan sabar
“Ttu tadi ada ditembok.” Jawab Gio lagi.
“Di tembok tidak ada darah, ini ada darah tapi di lantai.” Jawab Ayah.
Ibupun terkejut saat melihat ada darah di lantai, lalu Ibu bergegas mengambil kain pel lalu membersihkan darah yang ada di lantai itu. Lalu Ayah mengajak Gio keluar kamar dan mengajak untuk berdoa, lalu Gio beserta Ayah, dan Ibu pun berdoa untuk menenangkan Gio dan dan juga keluarga. Selesai berdoa Gio pun lanjut tidur, Gio tidur ditemani oleh Ibu.
            Keesokan paginya saat bangun pagi…
“Giooo……. Ayah……. “ Ibu teriak histeris.
Gio terbangun karna teriakan Ibu tetapi dia begitu lemas sehingga hanya bisa membuka mata tanpa bisa bergerak. Sementara Ayah yang sedang tidur diruang tamu buru-buru masuk kamar dan menghampiri kami.
“Ada apa Bu?” tanya Ayah panik
“Ini Ayah, Gio,, Gio…“ Jawab Ibu panik.
“Ya Tuhan! Gio!!” Seru Ayah tak kalah panik.
“Kenapa Gio bisa berlumuran darah gini Bu?” Ayah Panik
“Ibu tidak tahu, Yah.”
Ibu membawa Gio ke kamar mandi dan membersihkah semua darah di wajah Gio, semua wajah Gio berlumuran darah, Ibu sangat khawatir kalau Gio kekurangan darah karna banyak sekali darah yang keluar, belum lagi darah yang mengalir dilantai tadi. Ibu sangat khawatir kepada Gio, barangkali ada yang terluka dari di badan Gio karna dari mana ada  darah berlumuran di tubuh jika tidak ada bagian tubuh yang luka. Setelah selesai membersihkan tubuh Gio tidak ada luka apapaun baik ditubuh juga di wajah Gio, tapi baru sebentar selesai membersihkan, ada darah lagi mengalir, tapi kali ini baru ketahuan jika darah itu keluar dari hidung Gio. Gio mimisan. Mungkinkah darah yang tadi itu adalah darah mimisan Gio? Sebanyak itukah darahnya.
Malam ini kebetulan malam jumat, Ayah tidak mau terjadi apapun pada Gio dan kehidupan Gio. Ayah tidak mengizinkan Gio untuk pergi bermain keluar rumah. Karna malam ini pas malam jumat Ayah berniat memanggil “orang pintar” lagi untuk menyembuhkan Gio lagi. Ayah memanggil dua orang pintar sekaligus. Lalu pada pukul Sembilan malam Gio dengan di kelilingi dua “orang pintar” untuk melakukan suatu ritual untuk mengusir “makhluk” dari hidup Gio.
Ritual dilakukan di dalam rumah, suasana ritual itu sangat menegangkan, karna diruangan itu tidak ada cahaya kecuali beberapa lilin yang menjadi sumber cahaya. Terjadilah peperangan ilmu antara dua “orang pintar” itu dengan “makhluk” yang mengganggu Gio. Lalu terjadilah percakapan antara “orang pintar” itu dengan “makhluk”.
“Apa yang kamu inginkan dari anak ini?” tanya “orang pintar” itu.
Terjadilah percakapan antara “orang pintar” itu dengan “makhluk” itu.
“Saya tidak menginginkan apapun dari anak ini, saya hanya ingin memasuki raga anak ini, tubuh anak ini karna saya suka dengan anak ini. Tetapi setiap kali saya mencoba masuk ada sesuatu yang menolak kehadiran saya sehingga saya tidak bisa memasuki tubuh anak ini” jawab “makhluk” itu.
“Pergilah kamu, jangan ganggu anak ini lagi!” usir “orang pinta” itu kepada “makhluk”
“Tidak, saya tidak akan pergi!” jawab sang “makhluk”.
Terjadilah perdebatan yang sangat lama dan pada akhirnya menyerahlah “makhluk” yang selama ini mengganggu hidup Gio.
Tetapi sebelum “mahkluk” itu pergi “makhluk” itu berkata bahwa dia akan pergi sementara waktu, dan dia akan kembali lagi suatu saat nanti, entah itu untuk Gio ataupun untuk kehidupan Gio dimasa depan, mungkin untuk anak atau cucu Gio dimasa depan.
Pada akhirnya pergilah “makhluk” itu dari hidup Gio, dan sekarang Gio bisa hidup dengan tenang, layaknya anak-anak seusianya. Tidak ada lagi hal-hal mistis yang mengganggu kehidupannya, tidak ada lagi darah yang selalu menghantuinya, karna darah yang selama ini muncul adalah ulah “makhluk” itu untuk mengganggu dan menakuti Gio. Saat ini Giopun sudah tidak mimisan lagi seperti hari kemarin. Gio sudah sembuh, Gio sudah bisa hidup normal tanpa gangguan dari “makhluk” apapun.

*** SELESAI ***

Tentang Penulis :

Siska L. Rumahorbo. Suka Real Madrid C.F, suka Cristiano Ronaldo (tapi sayang Ronaldonya ga suka Siska), suka Mario Gotze (dan ternyata Mario Gotze juga suka Siska, *dalam mimpinya Siska*). Alumni Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. FB : Siska Lasria Rumahorbo. Twitter : @kikareky dan @kim289_, LINE : siskalasriarumahorbo. Blog: siskalasriar289.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar