Pages

Kamis, 12 Maret 2015

Cerpen : Rindu Mawar



Rindu Mawar


Citra masih galau karena dia menemukan banyak SMS dari perempuan bernama Fitri di handphone Rino. Kerjaan yang dari tadi diberikan boss masih belum disentuhnya. Vina mencoba berbicara dengan Citra, bukannya Vina ingin kepo atau mencampuri urusan Citra, apalagi ini adalah urusan hati. Tetapi Vina tidak bisa melihat Citra seperti ini.
“Cit, kamu kenapa? Muka kamu kalo lagi galau ngeselin tau.” Canda Vina.
“Fitri.” Dia hanya menyebut nama itu. Vina sudah menduga sebelumnya, pasti Fitri. Fitri yang juga teman kantor mereka namun berbeda divisi. Fitri adalah karyawan baru dikantor tempat mereka bekerja, baru dua minggu Fitri masuk kerja namun dia sudah mulai merusak hubungan Citra dan Rino.
“Itu cewek enggak tau malu banget sih! Padahal semua orang kantor tau kalo Rino tunangan kamu!” Vina mulai emosi.
“Bukan salah Fitri sepenuhnya kok Vin. Rino juga salah, dia juga ganjen.”
“Halah!  Sama aja Cit. Si Fitri juga kecentilan! Kalo Rino yang ganjen kan Fitri harusnya enggak meladeni Rino. Emang dasar itu cewek enggak tau malu!” Umpat Vina.
“Vinaa,, Citraaa… Jam kerja jangan nge-gosip. Citra, kerjaan yang saya kasih tadi secepatnya ya.” Suara Boss kami terdengar, dia berbicara dari ruangannya. Boss mereka itu sepertinya memiliki kelebihan pendengaran. Vina dan Citra padahal berbisik-bisik tetapi masih saja terdengar oleh Boss.
“Emank mereka SMSan apa sih?” Tanya Vina penasaran.
“Vinaaaaa…………” Boss mereka ternyata sudah berada disamping mereka.
Vina langsung kembali ke tempat setelah senyum terpaksa kepada Bossnya. Boss mereka itu sebenarnya baik, dia juga suka curhat tetapi dalam jam kerja seperti ini yang namanya kerja harus kerja, jangan terlalu banyak menggosip. Kurang lebih seperti itulah yang diinginkannya.
***
“Kamu yakin lebih pilih Fitri daripada aku? Perempuan yang belum lama kamu kenal.” Tanya Citra pada Rino disuatu jam istirahat makan siang. Wajah cantik Citra saat itu terlihat lesu dan tak bersemangat. Masalah yang datang terus-menerus membuat wajah cantiknya sedikit berkurang.
“Iya.” Hanya itu jawaban Rino.
“Kita udah empat tahun berhubungan dan kita udah tunangan Rino. Kamu mau mengakhiri ini semua?” Tanya Citra lagi. Terlihat jelas Citra mengatur emosinya. Menahan airmata yang sebentar lagi akan jatuh diwajahnya.
“Maafin aku ya Cit.”
Tanpa menjawab pertanyaan Rino Citra langsung berlalu dan meninggalkan Rino. Kini Citra tak bisa lagi menahan tangisnya. Semuanya telah berakhir karena perempuan itu, perempuan yang baru beberapa hari dia kenal.
Citra langsung menghampiri Vina ke meja kerjanya, dia memeluk Vina kuat hingga Vina tak bisa bernafas. Airmata Citra terus berjatuhan. Vina mencoba melepaskan pelukan Citra dan mencoba berbicara dengan Citra, namun Citra tak berbicara sedikitpun, dia hanya menangis.
“Jangan nangis, malu sama anak TK.” Ucap Vina seraya memberi tissue pada Citra, dan Citra menceritakan semuanya.
***
Beberapa bulan berlalu, ini sangat menyakitkan bagi Citra. Setiap hari dia harus melihat Fitri dan Rino berduaan. Makan siang berdua, pulang kantorpun berdua. Dulu Citra yang berada disamping Rino, kini posisi itu telah digantikan oleh kehadiran Fitri. Tak jarang Citra menangis melihat kebersamaan mereka, bahkan Citra hampir tidak pernah keluar kantor saat jam istirahat makan siang, Citra memilih menitip makanan kepada Vina atau terkadang Citra membawa bekal.
Citra sebenarnya bukan tipe  wanita cengeng, dia kuat. Citra adalah tipe wanita humoris, begitu juga dengan Rino. Mereka sesama makhluk humoris adalah pasangan yang sangat cocok. Pernah suatu hari saat mereka ribut, dan Citra mengancam untuk putus namun Rino membuat suasana menjadi cair.
“Yaudah, kita putus! Aku capek pacaran sama kamu!” Kata Citra pada Rino suatu hari mereka bertengkar.
“Kalo capek ya istirahat.”
“Aku bakal balikin semua barang-barang yang kamu kasih ke aku.” Ucap Citra lagi.
“Mau kamu bakarpun terserah. Tapi underwear yang aku kasih ke kamu waktu valentine itu nggak usah kamu balikin.” Jawab Rino.
“Kenapa?”
“Kalo kamu kasih ke aku, siapa yang mau pake? Masa iya aku pake underwear cewek? Jangan gila dong!” Jawab Rino
Saat itu Citra yang sedang emosi menjadi surut emosinya lantaran ucapan Rino itu.
“Ya kamu bisa kasih ke selingkuhan kamu.” Jawab Citra, masih sedikit emosi.
“Masa iya aku kasih underwear bekas kamu? Lagian ukuran kalian beda. Dia lebih montok dari kamu.” Jawab Rino.
“Rinoooooo……….” Saat itu Citra menjambak-jambak rambut Rino.
Kenangan bersama itu kembali teringat di kesendirian Citra. Seperti malam ini, Citra hanya melamun dikamar kostnya, bahkan ketika Vina masuk Citra tak begitu menghiraukan keberadaan Vina.
“Rino. Aku kangen sama kamu. Aku rindu saat-saat itu masih bersama. Aku rindu canda dan tawa denganmu. Aku rindu saat itu ribut, bertengkar, cekcok sampe bacok-bacokan kalo bisa.” Citra mulai hilang waras, dia mulai berbicara sendiri. Vina membujuk Citra untuk makan, Vina tak ingin sahabatnya sakit hanya karena laki-laki bodoh. Ya, memang laki-laki bodoh yang meninggalkan satu perempuan untuk perempuan lain. Vina mencoba menghibur dan menemani Citra malam itu. biar bagaimanapun Vina tak akan membiarkan Citra jatuh.
***
“Aku pegang Real Madrid, kamu Barcelona ya.” Kata Rino pada Citra.
“Enggak ah, aku Real Madrid kamu Barcelona.” Jawab Citra.
“Ya udah. Aku ngalah, yang waras harus ngalah.”
“Jadi kamu bilang aku gila?” Citra melotot pada Rino.
“Kalo Real Madrid kalah kamu harus jadi pacar aku, tapi kalo Real Madrid menang, aku harus jadi pacar kamu.” Ucap Rino.
“Dih. Mana bisa seperti itu. Menang banyak dong kamu. Real Madrid menang atau kalah sama aja dong?”
Rino hanya mengangguk sambil tersenyum menggoda Citra.
            Saat itu Rino dan Citra nonton bareng pertandingan bola. Hingga akhirnya Real Madrid yang menang dan itu berarti Rino yang harus menjadi pacar Citra. Menang atau kalah intinya sama saja. Lagi-lagi Citra mengingat masa-masa dengan Rino dulu. Sebenarnya taruhan bola itu hanya trik Rino saja untuk mendapatkan Citra dan Citrapun menyetujui saja karena sebenarnya Citrapun memiliki rasa kepada Rino.
            Sejak pertama berkenalan di kantor, masa pendekatan, masa pacaran hingga tunangan, semuanya masih teringat oleh Citra. Memang ini semua tidak mudah untuk membuang kenangan bersama Rino.
            Citra masih ingat saat Rino menegur kelakuan Citra yang alay, sedikit-sedikit share di media sosial, mau makan dimana dan makan apa. Sedang apa sedang dimana bersama siapa selalu dishare, melapor ke media sosial, sudah seperti reporter dunia maya saja. Hingga saat itu Rino berkata, “Sekalian aja kamu buang air kamu share, kamu mandi kamu share, kalo perlu kamu foto trus kamu share.” Mendengar ucapan Rino itu Citra langsung murka. Teganya Rino berkata Citra foto waktu mandi dan dishare.
            “Kamu kurang kerjaan, semua kamu share. Trus nanti, kalo kamu mati siapa yang mau share di media sosial?” tanya Rino.
            “Emangnya kalo kamu nanti mati, arwah kamu bisa bikin status, “temen-temen gue meninggal nih. Aduh kuburan gue sempit nih, aduh kuburannya panas nih. Memang kalo kamu mati arwah kamu bisa jadi reporter dunia maya?” Rino melanjutkan.
“Rinoooo…….. kalo aku mati ya aku enggak share lah.”
“Makanya kamu enggak usah jadi reporter dunia maya yang selalu update.”
            Tuh kan, Citra masih ingat Rino. Saat-saat bersama Rino. Saat bercanda dan tertawa bersama. Namun detik masih terus berputar, hari masih berganti, dan hidup masih terus berjalan. Citra tak boleh lemah dengan semua ini dia harus kuat. Rindu biarlah hanya menjadi sebuah kata, kata yang seharusnya penuh makna dan bisa dinikmati kini memiliki arti kosong dan hambar. Rindu yang seharusnya bisa dinikmati harus dibuang.
            Vina masih menemani Citra.
“Citra, aku kangen Citra yang dulu. Citra yang selalu ceria, yang kuat masalah apapun, apalagi hanya masalah cowo. Citra yang aku kenal nggak lemah.” Ucap Vina pada Citra.
“Aku hanya butuh waktu untuk mengikhlaskan semuanya.” Jawab Citra sambil tersenyum dan lesung pipitnya itu membuat Citra semakin terlihat manis.
“Aku rindu keceriaan diwajah sahabatku.” Ucap Vina lagi kemudian memeluk Citra.
“Citra Mawarni. Seperti namamu, kamu harus kuat dan tetap mempesona seperti mawar. Cantik namun berduri. Cantik namun tak sembarangan di sentuh.” Lanjut Vina
“Aku merindukan senyum dan tawa diwajah sahabatku, aku merindukan senyuman Citra, senyuman mawar.”

*** SELESAI ***

Tentang Penulis :

Siska L. Rumahorbo. Suka Real Madrid C.F, suka Cristiano Ronaldo (tapi sayang Ronaldonya ga suka Siska), suka Mario Gotze (dan ternyata Mario Gotze juga suka Siska, *dalam mimpinya Siska*). Alumni Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. FB : Siska Lasria Rumahorbo. Twitter : @kikareky dan @kim289_, LINE : siskalasriarumahorbo. Blog: siskalasriar289.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar