Pages

Minggu, 01 Maret 2015

Cerpen : "Harus Gimana?"



Harus Gimana?
 
(Oleh : Kim Angella Fortune a.k.a Siska L. Rumahorbo)

Citra masih memandangi bukunya dan sesekali dahinya mengernyit melihat soal yang tertera di buku paketnya. Tangan kanannya masih memegang pensil dan mencorat-coret kertas kosong sementara tangan kirinya digunakan sebagai peyandar kepalanya.
“Minum dulu nih, biar fresh.” Raya menyodorkan minuman pada Citra. Ia duduk manis dengan melipat kedua kakinya dan meneguk minuman yang diberikan Raya.
Saat ini Citra tidak berkonsentrasi pada tugas sekolahnya, tugas matematika itu memang cukup sulit, namun bagi seorang Citra tak ada kata sulit untuk pelajaran itu karena ia sangat mencintai matematika, tetapi sayang matematika tidak mencintai Citra.
“Pasti lagi galau deh.” Tebak Raya. Citra hanya mengangguk sebagai jawaban “iya”. Fikiran Raya saat ini, pasti Citra putus lagi dengan Simon. Pasti. Apalagi yang membuat Citra galau kalau bukan Simon, pacarnya yang tengil, konyol dan agak pe’ak.
Citra dan Simon sudah sering “putus nyambung”. Pernah mereka putus karena Simon yang selingkuh dengan adik kelas mereka. Saat Citra meminta alasan pada Simon, dengan wajah tanpa dosa Simon menjawab, “Maya bodynya lebih montok dari kamu, size dadanya sebelas dua belas kayak Jupe, kalau peluk Maya itu enak.”
Citra menceritakan itu semua pada Raya, sementara Raya hanya terbahak-bahak mendengar curhatan sahabatnya itu. Namun tak lama perselingkuhan itu terbongkar Simon mengajak Citra pacaran lagi karena Maya itu cantik-cantik tapi bau ketek dan kalau makan sukanya jengkol. Simon juga mengakui bahwa ia hanya mencintai Citra.
“Galau kenapa? Karena Simon?” Raya coba menebak dan lagi-lagi hanya anggukan kepala yang didapat sebagai jawabannya.
“Simon selingkuh lagi?” Raya masih mencoba menebak, kali ini Citra menggelengkan kepalanya. Mata Raya menyipit, dahinya mengernyit tanda ia masih penasaran tentang apa yang membuat sahabatnya itu galau.
Akhirnya Citra bercerita pada Raya bahwa seminggu yang lalu Simon melakukan modus pada ibu muda. Memang Citra pernah berkata pada Simon bahwa jadi cowok itu harus rela menolong siapa saja tanpa pamrih dan tanpa memandang siapapun yang ditolong. Pada saat itu Simon mengunjungi Citra yang sedang sakit, mereka bersantai di teras rumah, lalu di depan mereka ada seorang ibu muda yang sedang memberi ASI pada bayinya, bayinya rewel dan terus menangis hingga ASInya belepotan kemana-mana, ke mulut bayi, ke baju si ibu dan pasti di dada si ibu.
Saat itu dengan sigap Simon langsung menghampiri ibu itu dan menawarkan pertolongan, Simon menggendong bayi lucu itu, kemudian membantu ibu itu untuk membersihkan ASI yang belepotan, Simon mengelap baju ibu itu dan saat Simon ingin mengelap bagian yang lain tiba-tiba telinga Simon ditarik oleh Citra. Simon kesakitan dan memberikan bayi itu pada ibunya. Kalian pasti paham apa itu “bagian yang lain.”
Saat itu Citra marah-marah seperti radio rusak yang terus berbunyi tanpa henti, tanpa jeda, tanpa iklan. Citra yang saat itu sedang sakit sim salabim langsung sembuh setelah kejadian itu. Citra benar-benar kesal pada Simon.
Raya tertawa mendengar cerita Citra dan Citra melanjutkan ceritanya. Ia pernah berkata pada Simon bahwa jadi cowok harus pintar mencari uang jika sudah lulus sekolah dan bekerja nantinya. Namun saat itu Simon berkata bahwa ia sudah bisa mencari uang. Perkataan itu ia buktikan pada Citra.
“Aku sudah bisa cari uang, nih aku tadi cari uang di bis. Aku rogoh-rogoh kantong celana bapak-bapak, aku juga rogoh-rogoh tas ibu-ibu, tas mbak-mbak, hasilnya aku dapat banyak duit. Aku bisa kan cari uang?” Ucap Simon dengan bahagia.
“Kamu ngapain? Kamu copet?” Mata Citra terbelalak mendengar ucapan Simon.
Raya yang setia mendengarkan curhatan sahabatnya itu tak henti-hentinya tertawa mendengar cerita Citra. Konyol, seperti itulah kelakuan Simon. Citra melempar bantal guling kearah Raya agar sahabatnya itu berhenti tertawa, namun upayanya tak berhasil, Raya masih menikmati sakit perutnya karena terus-terusan tertawa.
“Punya pacar dodol plus pe’ak, sakitnya tuh disini.” Citra menunjuk dada Raya.
“Loh? Kok aku? Kamu sakit?” Raya menaruh jari telunjuk dengan posisi miring di dahinya.
“Sakitnya disini, Ray.” Ulang Citra sambil manyun, kali ini tidak salah tunjuk.
***
“Citra, aku harus seperti apa sih? Kamu bilang jadi cowok harus menolong siapapun, tapi ingat kejadian kemarin? Kamu malah marah-marah nggak jelas. Kamu juga bilang jadi cowok harus berani. Waktu itu aku mau tonjok-tonjokkan sama Papa kamu karena Papa kamu larang kita pacaran, tapi apa? Aku salah di mata kamu!”
“Simon!”
“Apa? Aku memang serba salah kan? Kamu ingat waktu itu kamu bilang kalau harus menyanyangi keluargamu. Aku sayang Mama dan Papa kamu, aku juga sayang sama Kakak kamu yang bohay, aku sayang sama adik kamu yang seksi, tapi kamu malah cemberut dan minta putus! Aku harus gimana, Cit? Gimana?”
“Sim…”
“Stop! Kamu tahu sakitnya aku yang selalu salah di mata kamu, Cit? Sakitnya tuh disini, Cit.” Dengan wajah tengil Simon menunjuk dada Citra dan Citra langsung menepis, mengarahkan tangan cowok itu ke kepalanya sambil berkata, “Otak lo sakit!”.
***
Citra menghempaskan tubuhnya di kasur, sudah sesore ini namun Citra masih betah berlama-lama di rumah sahabatnya itu lagipula tugas matematika belum selesai. Raya kemudian menjatuhkan tubuhnya di samping Citra.
“Ray, aku harus gimana?” Citra menatap langit-langit tetapi tatapannya kosong.
Fikiran Citra menerawang jauh terbang melintasi awan seperti lagunya Band Raja. Simon pernah bilang kalau cewek harus pintar dandan, sewaktu malam minggu mereka kencan dan Citra sudah berusaha dandan namun Simon malah bilang Citra seperti ondel-ondel. Sebentar Citra tersenyum mengingat itu, setelah difikir-fikir mungkin benar, saat itu dandanan Citra memang menor, pipinya merah seperti ditonjok.
Masih mengingat kata-kata Simon, cowok itu pernah bilang bahwa jadi cewek harus murah senyum, dan ketika mereka makan di kantin sekolah Citra tersenyum pada penjual bakso tapi Simon marah-marah dan bilang kalau Citra genit, ganjen dan tebar pesona. Tuh kan, salah lagi.
Citra selalu menceritakan semua kekesalannya pada Raya, tentang dia yang selalu salah di mata Simon, namun Citra juga curhat pada sahabatnya itu jika Simonpun merasakan hal yang sama, Simon merasa selalu salah di mata Citra.
“Kalian berdua itu error! Nggak kamu, nggak Simon. Sama-sama miring!” Umpat Raya dan lagi jari telunjuknya miring dan mendarat di dahinya.
“Terus? Aku harus gimana, Ray?”
“Kalian perlu bicara pelan-pelan, baik-baik.”
***
Citra sudah bersama dengan Simon saat jam pulang sekolah. Citra ingin menyelesaikan masalah yang menurutnya penting tak penting itu. Simon yang selalu salah di mata Citra dan juga sebaliknya. Tak hanya itu, Simon juga sering menuntut perhatian dari Citra dan sering protes dengan mengatakan bahwa Citra tak pernah memberi perhatian padanya.
“Aku sudah sering bilang sama kamu, jangan terlalu cuek, tolong perhatian sama aku. Kamu tuh nggak perhatian banget!” Ucap Simon.
“Siapa bilang aku nggak perhatian? aku perhatian kok. Aku sering sms dan telepon mantanku, dia bilang aku perhatian. Lalu aku kurang perhatian gimana lagi?”
“Apa? Jadi kamu masih berhubungan sama mantan pacar kamu? Kamu mikir nggak sih, kamu nyakitin aku? Sakitnya disini, Cit!” Ucap Simon dengan nada keras.
“Aku cuma mau membela diri kalau aku ini perhatian, jadi kamu jangan protes!”
“Cukup! Pokoknya aku mau putus!” Tegas Simon sambil meninggalkan Citra.
Lha? Trus aku kudu piye? Jomblo maning?” Ucap Citra sambil tertunduk lesu.

 *** SELESAI ***
 
Data diri :

Kim Angella Fortune memiliki nama asli Siska L. Rumahorbo, anak pertama dari empat bersaudara. Menyukai klub Real Madrid C.F, penggila Cristiano Ronaldo dan Mario Gotze. Sewaktu membuat cerpen ini Tinggal di kota Cilegon, Banten. Bisa dihubungi di nomor 081280228820, facebook Kim Angella Fortune dan twitter @kim289_ dan @kikareky, instagram @kikareky. LINE : siskalasriarumahorbo Bisa intip blognya di http://siskalasriar289.blogspot.com
Foto asli dari alam, tanpa bahan pengawet dan pemanis buatan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar