Pages

Selasa, 03 Maret 2015

Cerpen : Duniaku



Duniaku

            Aku begitu merindukan tempat ini juga orang-orang yang ada di dalamnya. Rindu akan putra sulung yang sekarang sudah tumbuh semakin dewasa. Tahun ini ia akan masuk sekolah dengan tingkat pendidikan dan seragam sekolah yang baru. Si tampan akan mengenakan seragam putih abu-abu dan akan melepaskan seragam putih birunya. Si tampan kesayanganku tubuhnya tinggi tegap, badannya atletis jauh berbeda dengan ayahnya yang lumayan semok dan pendek.
            Aku bahagia bisa melihat putra tampanku tertidur pulas. Sesekali ku usap kepalanya dan ku kecup kening dan kedua pipinya sebagai penghantar tidurnya. “Selamat bobo kesayangan Mama.” Bisikku di telinganya.
            Aku berlalu dari kamar Awan dan melangkahkan kaki ke kamar Asti, putri cantikku. Si cantik juga akan menggunakan seragam baru, dan akan meninggalkan baju merah putihnya. Bahagianya mengetahui mereka masuk sekolah unggulan di kota ini, tidak seperti Mamanya yang dulu harus puas masuk sekolah swasta.
            “Selamat istirahat putri kesayangan Mama. Mimpi indah ya sayang. Mama sayang Asti.” Bisikku pada Asti sambil ku benahi selimut yang menutupi tubuhnya.
***
            Suamiku, sudah berulang kali kata-kata teguran ku lontarkan padanya, namun ia tak juga berubah. Entah apa yang membuat ia kini menjadi orang yang sangat berbeda jauh dari yang ku kenal sebelumnya. Ia kini menjadi sombong, congkak. Perusahaan yang kami dirikan belasan tahun lalu kini mulai maju dan berkembang, sedikit demi sedikit menunjukkan kemajuan dan secara pelan namun pasti perusahaan kami membuka cabang di beberapa kota. Hidup kami mulai tercukupi dan tabungan untuk pendidikan masa depan putra dan putri kami sudah lebih dari cukup.
            “Pa, jika memberikan sumbangan untuk yang kurang mampu tak perlu dibesar-besarkan, tak perlu diumbar hingga banyak orang yang tahu. Cukup Papa dan Allah saja yang tahu.” Walau sebenarnya perkataanku tak akan dihiraukannya namun aku tak pernah lelah untuk mengingatkan suamiku.
            “Mama jangan berisik! Sudah untung Papa mau membantu mereka!” Lagi-lagi hanya bentakan yang kudapat darinya.
            Aku selalu memohon pada Allah supaya suamiku diarahkan ke jalan yang benar dan disadarkan dari sifat dan perbuatannya yang kurang baik itu. Tidak hanya kasar kepadaku, Anton juga kasar pada kedua anak kami dan selalu memaksakan kehendaknya. Ia selalu memaksa Awan untuk rajin berolah raga agar Awan bisa menjadi pemain bola terkenal, pergi ke luar negeri dan membuat bangga keluarga. Karena keinginannya itu ia akan memasukkan Awan ke sekolah terbaik dalam prestasi olah raga khususnya sepak bola.
            Anton juga memaksa Asti untuk sekolah musik karena ia ingin Asti menjadi penyanyi dan artis populer di negeri ini. Asti pernah mengeluh padaku bahwa ia kurang suka menjadi penyanyi, namun kuberi pengertian padanya bahwa apa yang diinginkan Papanya adalah yang terbaik untuk masa depannya. Ku peluk Asti dengan kuat dank u hapuskan airmatanya.
***
            Hari ini adalah hari kedua untukku melakukan kemoterapi. Penyakit yang menggerogoti tubuhku kini semakin ganas, bahkan aku sering pingsan dibuatnya. Dokter terbaik di kota ini tidak bisa lagi menangani penyakit ini, bahkan dokter menyarankanku untuk berobat ke luar negeri. Mau tidak mau aku harus jalani ini semua dan harus sehat kembali untuk buah hati tersayang. Aku tak ingin pergi meninggalkan mereka dengan cepat.
            Pulang dari luar negeri setelah pengobatan dan menjalani kemoterapi, aku dijemput supirku dan langsung mengantarkanku pulang ke rumah. Seperti biasa, rumah ini sepi, hanya ada beberapa pekerja yang mengurus rumah ini. Awan pasti belum pulang sekolah, dan Astipun demikian. Suamiku, jangan ditanya, ia pasti sibuk mengurus perusahaan yang baru buka cabang di luar kota.
            Aku menyiapkan makanan untuk anak-anakku jika mereka sudah pulang nanti, ku jatuhkan tubuhku di sofa yang tak jauh dari ruang makan, ku ambil sebuah majalah untuk mengisi waktu luangku.
            “Mama???”
            Panggilan Asti mengagetkanku, ia berlari menghampiriku dan memeluk tubuh yang sudah sangat lemah ini. Ku peluk Asti dengan sangat erat. Aku begitu merindukan anak-anakku karena cukup lama tak bertemu dengan mereka.
            “Mama kok nggak kasih kabar sama Asti kalau mau pulang?” sesaat Asti melepaskan pelukannya dan menatapku. Kujelaskan padanya bahwa aku ingin memberi kejutan. Kupeluk kembali Asti.
***
            Perusahaan suamiku sedang dilanda masalah besar dan serius, dan kini keuangan perusahaan sudah mulai merosot sedikit demi sedikit. Beberapa hari yang lalu ada pengurangan jumlah karyawan, dan kemarin ada penyelidikan pada semua pegawai kantor, karena di perusahaan kami tercium kasus korupsi dan uangnya digelapkan oleh salah satu karyawan.
            Kenapa harus sekarang masalah ini datang, disaat kondisiku yang sedang sakit dan membutuhkan banyak biaya disaat itu juga perusahaan kami mulai bangkrut. Aku telah menjalani beberapa kali kemoterapi, dan itu membuat tubuh ini habis, tubuh ini sudah seperti atlit, alias antara tulang dan kulit. Kemo itu membuat rambutku rontok dan kepalaku sudah mulai botak.
***
            Hanya rumah ini yang dimiliki suami dan anak-anakku sekarang. Selepas dari kamar Awan dan Asti aku memasuki kamarku. Suamiku tertidur, namun raut wajahnya tak lepas dari kegelisahan. “Semoga dengan kejadian ini kamu sadar, Pa. Ini adalah teguran Allah supaya kamu tidak sombong.”
            Aku masih ingin berlama-lama disini, melihat suami dan anak-anakku. Namun cahaya putih itu mengingatkan untuk segera kembali ke tempat yang seharusnya aku tinggali, rumah baruku. Rumah ini, dunia ini sudah bukan rumahku, sudah bukan duniaku. Cahaya putih itu memanggilku, “Monica, pulanglah.”
*** SELESAI ***

Siska L. Rumahorbo. Alumni Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, tinggal di Merak, Banten. Penggila Cristiano Ronaldo dan menyukai Real Madrid C.F, pencinta Mario Gotze. Bisa disapa di twitter @kikareky dan @kim289_ , FB/FP Kim Angella Fortune, blognya siskalasriar289.blogspot.com dan google.com/+SiskaLasriaRumahorbo020889. Bisa dihubungi via email di kikacantikcettarmembahana@gmail.com atau LINE di : siskalasriarumahorbo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar