Pages

Selasa, 03 Maret 2015

Cerpen : Bunda



Bunda

Tak sepenuhnya semua kesalahan terlimpah padamu, melainkan dia yang pernah kau banggakan punya andil besar dalam kisah ini. Demi nama baik keluarga, sebuah pilihan telah terputuskan, yaitu; membuangku dari bagian hidupmu. Semuanya telah selesai, dan hidup akan lebih nyaman—Fikirmu.
Hanya air mata yang menemani kala malam merayap lambat, menusuki hati dengan penyesalan terdalam. Kantung mata di wajah cantikmu tetap menyembab. Air mata tak pernah lelah menderasi lekuk wajah. Meski sekuat tenaga menyemangati diri yang telah rapuh.
Satu hal yang menjadikanmu nampak hebat di mataku, sangat sempurna dalam  meyakinkan semua orang, bahwa kau baik-baik saja. Kecuali Ibumu yang tak teryakinkan oleh sandiwara ini. Ya, beliau juga wanita. Kurang lebih, pernah mengalami hal yang sama.
Ibu, sosok yang selalu mengkhawatirkan keadaanmu. Beliau tak pernah menyiakan kesempatan bertemu kala dirimu keluar dari ruang kesedihan. Selalu menghibur, karena tahu putrinya telah patah hati. Hanya itu, tidak untuk kelanjutan kisahnya.
***
Malam ini, kuberanikan diri menyapamu lewat mimpi. Airmata itu masih saja menyisakan lelehannya meski sedang lelap. Segera kugenapi dengan usapan lembut, agar segera mengering. Karena aku tak pernah sanggup melihatnya, meski hanya sebentuk bulir. Dengan santun kubisikkan tentang kesediaan untuk selalu menemanimu.
Masih dalam lelap, seolah tak percaya kau mendapati diriku sedang berada di hadapanmu. Kerut pada rona wajahmu menanyakan ini semua. Sejenak mengendur, dan lagi-lagi bulir air mata itu muncul pada sudut paling sembab di matamu. Semakin menjadi saat aku berusaha menjelaskan dengan cara menyentuh perut, dan kemudian mengusapnya perlahan.
“Tidak seharusnya seperti ini. Aku tahu kau membenciku”
Lirih tanyamu tersampaikan dalam batin. Mendikte untuk sebuah pembenaran tentang khilaf masa lalu. Tentang kehancuran yang harus kau tanggung sendiri saat ini. Namun, dengan sigap tangan lembutku menyentuh bibirmu, sembari berusaha menggelengkan kepala setegas mungkin.
Bahasa tubuhmu terlihat ingin merengkuh dan kemudian memeluk erat. Setelah itu ribuan kata maaf terucap bersama lelehan air mata yang semakin deras membasahi pipi. Sayangnya itu tak akan pernah terjadi, karena tak akan mampu kau melakukannya. Cukupkanlah sekedar memimpikan.
***
Pagi ini kau terjaga dari tidurmu, dengan mata sembab lantaran tangis yang tak berhenti semalam tadi. Saat itu pula tak lagi kau dapati diriku.
Berhentilah menangis, karena sudah aku tegaskan malam tadi bahwasanya tak ada kebencian dan dendam pada diriku. Ketahuilah bahwa aku mencintaimu, meski saat itu kau membuangku. Demi nama baik keluarga dan dirimu sendiri. Tetaplah cinta ini untukmu.
Aku kembali teringat masa itu, saat usiaku masih enam minggu masih sangat muda dan belum memiliki tubuh yang sempurna. Sejak kau menyadari kehadiranku di dalam perutmu, kau mulai mengkonsumsi minuman itu, dan mau tidak mau kau terus mengkonsumsinya hingga kau berhasil mengeluarkan aku dari perutmu. Sejujurnya aku ingin keluar dari sini, ingin melihat dunia, merasakan pelukan hangat juga kasih sayang bunda. Namun sayang, aku tidak akan bisa mendapatkan itu semua karena aku harus keluar pada usia yang sangat muda dan bukan pada waktu yang seharusnya. Aku kecewa mengapa kau tega lakukan ini semua, hingga pada akhirnya aku mengerti alasan dibalik semua ini.
“Maafkan aku. Aku mencintaimu, Anakku.”
Ucapmu sambil memegang perutmu dan hebatnya kali ini kau berhasil menunda air mata itu untuk mengalir. Meski tak cukup lama.
Aku sangat bahagia mendengar kata cintamu. Dari duniaku ini kuberdoa untuk kebahagiaanmu kelak. Semoga kau mendapatkan pria yang lebih baik dari pada sebelumnya. Aku selalu berdoa untuk kebahagiaamu, Bunda.
.
*** THE END ***

Data diri:
Siska L. Rumahorbo, alumni Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.  Lahir di Serang, 2 Agustus 1989. Tinggal di Merak, Banten. Cinta mati sama Cristiano Ronaldo, menyukai Real Madrid C.F. I’m a Madridista. Hobby makan-tidur. Twitternya @kim289_ & @kikareky. Blog siskalasriar289.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar