Pages

Kamis, 12 Maret 2015

Cerpen : Takkan Ku Lepas



Takkan Ku Lepas

Kau hanya diam saat aku bertanya tentang perasaanmu, aku hanya ingin tahu apa yang kau rasakan saat ini, masih samakah perasaanmu kepadaku, seperti beberapa bulan yang lalu saat kau memintaku untuk teruS bersamamu, didekatmu, bukan hanya sahabat tetapi lebih dari itu, saat kau merasa nyaman bersamaku. Aku ingin tahu tentang semua itu, apakah masih sama atau sudah mulai memudar secara perlahan sejak kau mengenalnya?
“Semoga saja ini hanya perasaanku.” Ucapku saat berhasil mengajakmu makan malam setelah sekian kali aku gagal mengajakmu makan malam. Kau selalu menghindar dengan beribu alasan. Perlahan namun pasti, aku merasakan perubahan dalam dirimu.
“Tak ada yang berubah dari diriku.” Jawabmu mantap sambil terus melahap makananmu tanpa memandangku sedikitpun. Tatap aku, tolong tatap aku, aku rindu tatapan indahmu, aku rindu merasakan sejuknya hati saat kau menatapku. Jawabanmu seolah tak acuh akan perasaanku ini.
“Kamu bahkan jarang punya waktu untuk aku.” Aku masih menatapmu berharap kau juga akan membalas tatapanku. Sungguh makan malam ini hanya alasanku untuk bertemu denganmu, aku sama sekali tidak menyentuh makanan yang telah kupesan ini.
“Aku sibuk. Aku harus kejar target, kamu tahu kan pekerjaanku adalah staff marketing jadi aku harus bisa mengejar target.” Jawabanmu masih ringan, kali ini kau hanya memainkan makanan yang ada didepanmu, mungkin kau sudah tidak berselera untuk makan.
Aku menyerah pada cacing diperutku yang sudah mulai konser, aku perlahan melahap makananku. Sejak awal pembicaraan hingga makanan yang sudah habis, aku belum mendapatkan jawaban atas keresahanku ini.
“Mbak...” Kau memanggil pelayan untuk meminta bill. Aku segera mencegahmu untuk membayar semua ini. Namun keras kepalamu itu membuatku kalah.
“Cit, kalau ada yang lain dihatimu, katakanlah.” Aku mencoba menembakmu dengan harapan kau akan jujur padaku. Aku mencoba menggenggam tanganmu dan kau tak menolaknya. Kau hanya tersenyum padaku, dan kali ini kau menatapku.
I love you, Ton.” Ucapanmu itu selalu bisa membuatku tenang.
Kau segera masuk kerumah setelah ucapan i love you beserta ciuman di pipiku. Aku hanya mampu berbisik dibalik kepergianmu, “I love you too, Cit.”
***
“Ton, makasih ya udah mau jadi pacarku.” Ucapmu saat itu, namun aku masih bingung mengapa kau lebih memilihku dan memutuskan hubunganmu dengan Rian. Ya, aku masih ingat betul kejadian itu. Saat kita masih bersahabat, saling sharing, bercerita ini dan itu, hingga suatu hari kau sudah tidak nyaman bersama Rian dan kau menginginkan aku untuk menggantikannya. Jujur aku menyayangimu, jadi tak mungkin aku bisa menolak hatimu.
Aku masih ingat semua tentang kita, dan itulah yang sebenarnya aku fikirkan, perasaanmu. Apakah sudah berubah perasaanmu? Apakah kau merasakan ketidak-nyamanan bersamaku sama seperti dulu kau tak nyaman bersama Rian? Apakah kau akan membuangku seperti kau membuang Rian demi aku? Apakah kau akan membuangku untuk pria lain?
Belakangan ini kau mulai kasar, tidak seperti Citra yang kukenal. Dan perasaanku selama ini ternyata benar, ada pria lain dalam hidupmu, perubahanmu bukan hanya perasaanku, tetapi memang nyata.
“Ton, kita putus ya.” Ucapmu pada suatu hari.
Seperti dihunus ribuan pedang, sakitnya hatiku sudah lebih dari sakit.
“Ternyata perasaanku selama ini benar, kau sudah berubah. Pria mana yang akan merebutmu dariku? Siapa dia? Apakah dia lebih baik dariku?” Kuberondong kau dengan beberapa pertanyaan.
“Siapa yang akan menggantikan aku? Apakah kau akan membuangku seperti kau membuang Rian dulu? Semudah itukah kau membuang orang yang mencintaimu?”
Kau hanya diam, tak sepatah katapun kau menjawab pertanyaanku.
“Mungkin aku bodoh telah menerima hati dan cintamu, dari awal aku sudah berfikir akan hal ini. Kau meninggalkan Rian demi aku, dan mungkin kau akan membuangku demi pria lain. Kini benar terjadi seperti itu.”
Kau hanya tertunduk, tak sedetikpun menatapku.
“Aku takkan melepaskanmu demi pria manapun, jika kau tak nyaman bersamaku, jika ada yang salah dengan hubungan ini, kita bisa perbaiki bersama, kita bisa koreksi diri masing-masing, bukan dengan jalan putus.”
“Jika kau jenuh pada hubungan ini, jika kau bosan padaku, ingatlah bagaimana awalnya kita saling mencinta. Ingatkah bagaimana awalnya kita berasma. Jika kau ingin aku pergi ingatkah bagaimana awalnya kau menginginkan aku untuk tetap bersamamu.”
“Aku....” Kau menggantungkan kalimatmu.
“Ingatlah bagaimana cinta kita mulai tumbuh, ingatlah bagaimana kasih sayang kita bermekaran menghiasi hari-hari kita. Ingatlah semua kata cinta yang pernah kau ucap dulu.”
Aku tak mengharapkan sepatah katapun darimu, aku langsung memelukmu, karena aku tahu kau akan merasa nyaman dalam pelukanku, seperti yang pernah kau katakan bahwa kau merasa tenang dalam pelukanku.
“Aku akan bertahan demi cinta yang pernah hadir.” Ucapku lagi kepadamu.
Aku takkan melepasmu, akan akan mempertahankan kamu, aku akan bertahan demi cintaku, dari kejadian ini aku bisa mengambil keputusan bahwa aku akan melamarmu, menjadikanmu teman hidupku selamanya, menjadikanmu istriku, segera.

*** THE END ***
Data diri:

SiskaL. Rumahorbo. Suka Real Madrid C.F, suka Cristiano Ronaldo (tapi sayang Ronaldonya ga suka Siska), suka Mario Gotze (dan ternyata Mario Gotze juga suka Siska, *dalam mimpinya Siska*). Alumni Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. FB : Siska Lasria Rumahorbo. Twitter : @kikareky dan @kim289_, LINE : siskalasriarumahorbo. Blog: siskalasriar289.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar