Pages

Senin, 09 Maret 2015

Cerpen : Restu


Restu


Tak jarang hati ini iri melihat teman-teman, mereka yang saling mencinta dengan orang terkasihnya kemudian menyatukan cinta dalam pernikahan. Saling jatuh cinta kemudian menikah, simple. Aku ingin seperti mereka. Menikah dengan lelakiku terkasih namun harus dihalangi oleh restu orangtua karena perbedaan suku diantara kami.
Orangtuaku bersikeras ingin putrinya menikah dengan lelaki yang berasal dari suku yang sama dengan kami. Itulah keinginan terbesar mereka. Berkali-kali Ibu menyuruhku mencari pria sesuku, namun berkali-kali pula aku menolak dengan berbagai macam penjelasan.
“Bu, bukannya aku nggak mau sama laki-laki dari suku Batak. Bu, sudahlah. Dia baik kok, yang penting dalam pernikahan itu satu untuk selamanya dan tidak ada perceraian. Iya kan?” Mataku hampir meneteska air mata

***

Tak mungkin masalah ini kusembunyikan dari Evan, kekasihku. Walau hati ini rasanya berat menceritakan tentang ini dan pasti membuatnya merasa sedikit tersinggung. Awalnya kufikir ia akan marah, mungkin akan melepaskanku dan menyuruhku untuk mengikuti keinginan orangtuaku, tapi ternyata tidak. Dia mempertahankan hubungan kami.
“Sabar ya, hasian*. Nggak ada hubungan yang mulus, semua pasti ada cobaannya. Inilah cobaan kita dan inilah yang harus kita lewati. Kita harus sabar ya, suatu saat nanti orangtua kamu pasti merestui kita.”
Setiap kata yang diucap Evan selalu mampu membuatku kuat dan yakin. Perkataannya selalu mampu membuatku tenang dan itulah yang membuatku semakin menyayanginya.

***

Di setiap siang dan malamku, dalam setiap doa dan permohonanku tak henti kuminta pada Allah agar Dia membuka pintu hati orangtuaku, melembutkan kerasnya hati mereka agar mereka mau menerima Evan dan merestui hubunganku dengan Evan.
Di setiap permohonanku pada Allah tak bisa ku tahan airmata yang mengalir deras dari ujung mataku. Aku akan bertahan dan bersabar menanti restu dari kedua orangtua. Ya Allah, sampai kapan aku harus bersabar. Mengapa mereka begitu berkeras hati, tidak mau membuka hati dan mencoba menerima Evan.
Yang ditakuti Ibu adalah hubungan pernikahanku dengan Evan tidak akan bertahan lama, Ibu takut kami akan bercerai. Bukan sekali dua kali Ibu mengutarakan kekhawatirannya, dan tidak sekali dua kali aku meyakinkan Ibu bahwa tidak akan seperti itu karena riwayat dalam keluarganya tidak ada istilah perceraian. Dalam keluarganya tidak pernah ada perceraian, dan itu juga komitmen yang dipegang teguh oleh Evan. Seperti yang Evan pernah ucap padaku saat itu, “Hasian, dalam keluargaku nggak pernah ada perceraian, orangtuaku juga demikian. Jadi dalam hidupku, menikah hanya sekali untuk seumur hidup. Orangtuaku juga mengajarkan demikian pada anak-anaknya.

***

Aku hanya bisa berserah diri pada jalan hidupku karena Allah yang mempertemukan kami. Jarak dari Provinsi Banten dengan Maluku bukanlah jarak yang mudah dijangkau, namun karena kehendak Allah kami bisa bertemu. Jika Allah yang mempertemukan kami, dan jika Evan adalah lelaki yang ditakdirkan untukku, aku akan terus menunggu hingga restu itu kami dapat. Tak putus doa dan permohonan agar kami bisa keluar dari masalah ini. Hanya doa yang bisa menguatkanku dalam penantian ini. Menanti restu dari kedua orangtuaku.

*** SELESAI ***



*hasian : sayang (bahasa batak)
Merak, 10 November 2014
Biodata :
Kim Angella Fortune adalah nama pena dari Siska L. Rumahorbo. Alumni Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, saat ini masih tinggal di Merak, Banten. Penggila Cristiano Ronaldo dan menyukai Real Madrid C.F, pencinta Mario Gotze. Bisa disapa di twitter @kikareky dan @kim289_ FB/FP Kim Angella Fortune, blognya siskalasriar289.blogspot.com dan google.com/+SiskaLasriaRumahorbo020889. Bisa dihubungi via email di kikacantikcettarmembahana@gmail.com atau LINE di : siskalasriarumahorbo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar