Pages

Selasa, 10 Maret 2015

Cerpen : Cahaya



Cahaya


Malam ini Aya harus pulang lebih lama dari biasanya, pekerjaan yang menuntutnya menjadi seperti ini dan ini adalah malam kedua Aya harus pulang larut. Jam di ruangan itu sudah menunjukkan pukul sebelas kurang sepuluh menit, dan di ruangan itu Aya masih berkutat dengan pekerjaannya. Aya masih memegang peralatan kerjanya, di tangannya ada sebuah papan kecil untuk menulis, dan pulpen.

Aya membantu seorang wanita muda yang terbaring di tempat pembaringan itu untuk bangun. Cleo Sagita, itulah nama yang tertulis pada papan yang menempel di depan tempat tidur pasien itu. Aya membantunya untuk duduk dan merapihkan tempat tidur itu. Memeriksa denyut nadi, detak jantung, dan hal lain pada wanita muda itu, kemudian memberi vitamin dan membantunya kembali untuk tidur

Setelah selesai dengan satu pasien kemudian Aya mencari teman kerjanya yang akan menggantikan pekerjaannya karena ini sudah masuk shift malam dan Aya sudah seharusnya pulang. Perawat pada sebuah rumah sakit umum daerah di kota tempat tinggalnya, itulah pekerjaan Aya saat ini, pekerjaan yang sangat ia dambakan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, cita-citanya sejak dulu kini tercapai dan tentu membuat kedua orangtuanya bahagia dan bangga pada putri semata wayangnya itu.

Aya berdiri didepan rumah sakit sambil sesekali melihat jam yang melingkar di tangannya. Wajahnya terlihat gelisah dan terus menerus melihat kiri dan kanan seperti mencari seseorang. Tidak sabar ia menunggu ia mengambil HP disaku jaketnya dan menghubungi seseorang, namun baru saja ia akan menekan nomor tujuan seorang pria telah muncul di hadapannya.

“Maaf ya lama, tadi ada sedikit masalah dirumah.” Ucap pria itu, sementara Aya hanya tersenyum sebagai tanda “tidak apa-apa”. Pria itu memberikan helm pada Aya dan mengantarkan Aya pulang.

***

“Dimas, maafkan aku. Ini bukan keinginanku. Aku tak bisa berbuat apapun. Ini keinginan orangtuaku.” Ucap Aya sambil terus menangis sementara Dimas terus menghapus airmata yang terus membasahi pipi tembem Aya.

Aya benar-benar gelisah, ia tak tahu harus berbuat apa untuk menyelesaikan ini semua. Ia harus menerima perjodohannya dengan pria yang tidak ia cintai dan ia tidak ingin mennyakiti Dimas. Jelas bukan keinginan Aya meninggalkan Dimas untuk pria lain dan hati Aya berontak dengan semua ini karena Aya sangat menginginkan Dimas.

Susah payah Aya menjelaskan pada orangtuanya bahwa ia telah memiliki pria pilihannya namun tetap orangtuanya bersikeras menjodohkan Aya dengan pria lain, karena di mata mereka pria itu adalah sosok yang sempurna dan orangtua Aya lupa bahwa tak ada manusia yang sempurna.

Pernikahan Aya akan berlangsung dua minggu lagi dan itu membuat Aya semakin terpuruk, ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada hidupnya jika ia harus hidup tanpa Dimas.

***

“Mbak Aya. Aku kapan boleh pulang?” tanya wanita yang bernama Cleo itu. Cleo memang lebih suka memanggil para perawat dengan sebutan “Mbak” termasuk memanggil Aya.

Aya tidak langsung menjawab pertanyaan itu, bahkan baginya itu seperti angin lalu yang lewat di telinganya. Aya masih saja memikirkan tentang pernikahan yang sudah berlangsung dan kini ia telah menjadi istri orang. Rupanya sejak kejadian hari itu, hari dimana Aya dijodohkan, ia menjadi sangat pendiam dan lebih banyak melamun dan bengong.

“Mbak Aya.” Panggil wanita itu lagi dan mencoba menyadarkan Aya.

“I… Iya, Bu Cleo. Maaf saya melamun. Ada apa?”

Wanita yang bernama Cleo itu tahu cerita tentang Aya, tentu saja dari perawat lain yang bertugas merawatnya. Wanita itu tahu betul apa yang dirasakan oleh Aya karena ia juga korban perjodohan, ia harus meninggalkan kekasihnya untuk pria dan harus menerima pria lain yang dijodohkan oleh orangtuanya.

“Aku mengerti apa yang Mbak Aya rasakan saat ini.” Ucap Cleo tersenyum, namun senyumnya itu terlihat getir, senyum yang sengaja dipaksakan. Ia mulai menceritakan masalalunya pada Aya. Kini mereka mulai berbagi cerita, bahkan sejak awal masuk rumah sakit Cleo memang suka berbagi cerita dengan Aya, mereka sudah seperti sahabat, bukan lagi pasien dan perawat.

Cleo menceritakan bagaimana ia bisa sakit hingga akhirnya dirawat di rumah sakit tempat Aya bekerja, ia bercerita tentang kehidupannya yang tak pernah harmonis dengan suaminya walaupun suaminya selalu berlaku baik padanya. Ia menceritakan kebenciannya kepada kedua orangtuanya yang telah menjodohkannya dengan pria yang tak dicintanya. Hingga pada akhirnya, lambat laun, pelan namun pasti Cleo belajar untuk dapat menerima suaminya.

Dengan sabar Aya mendengarkan cerita Cleo sambil memeriksa keadaan Cleo dan jika keadaan memungkinkan dan dokter mengizinkan, dua hari lagi Cleo sudah bisa pulang. Aya pasti akan merindukan Cleo, begitu juga sebaliknya. Cleo pasti akan sangat merindukan sosok seorang perawat seperti Aya.

***

“Aya!”

Merasa namanya dipanggil Aya menoleh untuk mencari sumber suara yang memanggil namanya, dilihatnya Dimas datang menghampiri dan seketika itu juga Aya langsung lari untuk menghindari Dimas.
“Aya tunggu!” Dimas menarik tangan Aya.

Aya melepaskan tangan Dimas dan menyuruhnya pergi karena Aya tak ingin menimbulkan fitnah jika nanti ada yang melihat mereka berdua apalagi berpegang tangan. Aya tak ingin nama baik Dimas jadi buruk, ia tak ingin Dimas disebut perusak rumah tangga orang nantinya, ia tahu posisinya sekarang hanyalah masa lalu untuk Dimas.

“Aku ingin bicara, sebentar saja. Aku mohon.”

Aya membiarkan Dimas berbicara menyampaikan maksudnya. Dimas ingin pergi keluar kota agar bisa melupakan semua sakit hatinya, ia sangat terpuruk dan tak bisa memaafkan pria lain yang kini telah menjadi suami Aya.

“Kamu tetap di hatiku, sampai kapanpun.” Dimas memeluk Aya, sementara itu Aya menjatuhkan airmatanya.

“Semoga tidak akan ada yang mengetahui bahwa ini adalah anakmu, bukan anak pria yang menjadi suamiku! Bukan! Sampai mati aku tidak akan pernah mencintai dia!” tangis Aya semakin menjadi manakala ia mengingat perjodohannya dan kini harus hidup bersama pria pilihan orangtuanya.

“Hatiku, cintaku hanya untukmu. Tetap untukmu. Selalu untukmu.” Bisik Aya saat berada dalam pelukan Dimas, dan airmata itu terus mengalir.

Tak ingin ada yang melihat adegan itu, Dimas langsung pergi meninggalkan Aya dan tak lupa mencium kening mantan kekasihnya itu. Perlahan sosok Dimas menghilang dari pandangan Aya.

“Jika anak ini lahir, akan kuberi nama Cahaya. Aku ingin ia menjadi cahaya bagi hidupku yang pekat, dan aku ingin ia menjadi cahaya bagi kisah cinta kita yang pernah kelam.” Ucap Aya sambil mengusap perutnya.

*** END ***

Data diri : 

Siska LasriaRumahorbo, anak pertama dari empat bersaudara berdarah batak asli (tanpa campuran apapun). Lahir di Serang 02 Agustus, tinggal di Merak, Banten. Alumni Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Menyukai klub bola Real Madrid C.F dan penggila Cristiano Ronaldo, pecinta Mario Gotze. Bisa di hubungi via email di kikacantikcettarmembahana@gmail.com, via LINE : siskalasriarumahorbo, dan bisa disapa di twiter @kim289_ dan @kikareky. FPnya Kim Angella Fortune / Siska L. Rumahorbo. Bercita-cita ingin menjadi direktur sebuah bank, bank apa saja yang pokoknya bank. Mempunyai keinginan bisa jalan-jalan ke Stadion Santiago Bernabeu di Madrid, Spanyol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar