Ternyata Penghianat!
(Oleh : Siska L. Rumahorbo)
Pendaftaran untuk menjadi anggota
pencinta alam di kampus sudah mulai dibuka, sejak aku dan Naya menjadi
mahasiswa baru dikampus ini Naya terlihat ingin sekali bergabung dan menjadi
anggota MAPALA atau Mahasiswa Pecinta Alam dalah satu organiasi kampus yang
tentunya berhubungan dengan alam. Dari namanya saja sudah jelas jika organisasi
ini nantinya pasti akan menjelajah alam dan beberapa kegiatan lain, salah satu
yang aku tahu adalah rock climbing. Selesai jam kuliah Naya mengajakku ke stand
MAPALA, selain MAPALA ada juga organisasi kampus lain yang mendirikan stand
karena saat ini semua organisasi kampus sedang membuka pendaftaran.
“Cit, lo ikutan ga? Ikutan yok.” Ajak
Naya padaku.
“Males Nay, lo aja ya. Gue belum tentu
diizinin sama orang tua.”
“Nanti gue yang bantu lu ngomong sama
orang tua lu deh.”
“Males Nay, belum tentu juga pacar gue
kasih izin.”
“Lebay lu. Lebih nurut sama pacar.”
Aku hanya diam, tidak menanggapi
perkataan terakhir Naya. Kami masih di stand MAPALA dan Naya masih
bertanya-tanya seputar kegiatan MAPALA kepada para senior di stand tersebut.
Naya mengambil dua formulir pendaftaran dan memberikannya padaku. Rupanya dia
tetap mengajakku agar aku ikut bergabung dengan organisasi ini. Kulihat
dilembar formulir itu, kulihat lembar berikutnya, ada daftar barang-barang yang
harus dipersiapkan. Kulihat semua daftarnya.
“Nay, ini serius barang-barang yang
dibawa?” Kataku sambil terus melihat kertas itu.
“Iya.” Jawab Naya singkat.
“Kompas, senter, lilin, tambang, pisau.
Hah? Bawa pisau segala? Golok? Buat apa sih barang-barang seperti ini Nay?”
Tanyaku lagi.
“Bawel lu Cit. Itu golok buat u
bertahan dihutan nanti, nanti kita diklat dihutan, kita ga di kasih makan. Jadi
kita harus survive, cari makan sendiri.” Jelas Naya.
“Hah? Apa? Ngga mau gue Nay. Gila lu,
gue paling takut sama ular, gimana kalau nani dihutan ada ular? Bisa mati shock
gue. Ngga ngga ngga! Pokoknya gue ga mau ikut.”
“Penakut lu.”
***
Keesokan
harinya Naya kembali mengajakku ke stand MAPALA, dia ingin mengembalikan
formulir pendaftaran dan membayar biaya pendaftaran. Aku menunggu Naya dari
jarak yang agak jauh karena aku malas berbasa-basi dengan orang-orang yang ada
disana. Ku lihat Naya bersalaman dengan beberapa orang yang ada disitu.
Tiba-tiba Naya memanggilku dan memperkenalkan kepada orang-orang yang ada di
stand. Aku melihat sepertinya dari salah satu orang yang ada disana tadi terus
memperhatikan Naya, namanya Rony, aku sudah menyampaikan pendapatku ini kepada
Naya, tetapi Naya seperti tidak terlalu menanggapi dan tidak percaya terhadap
pendapatku.
Setelah kuliah selesai aku dan Naya
makan dikantin, dan saat makan Rony datang menghampiri kami. Kami mengobrol
banyak, dan kamipun berkenalan lebih jauh, karena selama di stand tadi kami
hanya berkenalan singkat
“Cit, Rony nembak gue.” Kata Naya saat
aku sedang berada dirumahnya untuk mengerjakan tugas kuliah kami.
“Apa gue bilang, dia suka sama lu. Lu
ga percaya sama gue.”
“Tapi kan gue baru kenal sama dia Cit,
gue takut dia seperti mantan gue yang dulu.”
“Lu ragu ya Nay? Kalau lu ragu lebih
baik lu jangan terima deh Nay.” Saranku.
“Tapi Cit, sebenarnya gue juga suka
sama dia, gimana dong?”
“Kalau itu, gue ga mau ikut campur Naya
sayang. Itu urusan lu dan hati lu.”
***
Acara kegiatan diklat sudah selesai,
Naya pun sudah kembali kerumah. Namun Naya sakit sepertinya dia terlalu capek
mengikuti kegiatan. Aku berniat mengunjungi Naya kerumahnya sekedar menjenguk
karena temanku itu sedang sakit. Tak kusangka aku melihat ada Rony dirumah
Naya, Rony sedang menyuapi Naya untuk makan. “So sweet.” Kataku tiba-tiba yang
membuat Naya dan Rony kaget. Naya terlihat malu-malu saat aku melihat dia
bersama dengan Rony. Ternyata Naya mengikuti kata hatinya. Hatinya yang
sebenarnya juga menyukai Rony. Aku memberi selamat kepada temanku ini, dan
lagi-lagi Naya terlihat malu-malu.
Tak terasa sudah beberapa bulan aku
kuliah dan minggu depan kami akan menghadapi ujian akhir semester, dan sebentar
lagi aku akan masuk semester dua. Setiap hari Naya dan Rony terlihat selalu
bersama. Menurut cerita Naya, dia menerima Rony saat setelah kegiatan diklat
berlangsung, dan saat itulah Rony terus mendekati Naya dan mengambil hati Naya
hingga akhirnya Naya mantap menerima Rony sebagai pacarnya. Jujur aku iri
dengan mereka, mereka bisa bertemu setiap hari, sedangkan aku jarang bertemu
pacarku lantaran kami berbeda kampus. Namun beberapa hari ini aku melihat Naya
sendiri, padahal sewaktu awal berpacaran dulu Naya selalu bersama dengan Rony,
tetapi kali ini Naya makan sendiri. Aku menghampiri Naya, duduk disebelahnya
dan memesan makanan.
“Mel, lu tau ga? Kemarin gue nonton
sama Rony. Rony mahasiswa hukum, yang ikut MAPALA juga.” Terdengar mahasiswa
lain menyebut nama Rony.
“Apa
Ran? Rony? Rony Hilmanto? Mahasiswa hukum? Ikut MAPALA? Ya ampun Rani, dia juga
pernah ajak gue kencan dua hari yang lalu.” Mahasiswa lain menjawab.
Aku
dan Naya langsung menoleh kearah dua mahasiswa yang sedang membicarakan Rony
tadi. Aku menatap Naya dengan tanda tanya, aku berharap Rony yang mereka
bicarakan bukanlah Rony pacarnya Naya.
“Nay,
Rony pacar lu bukan Rony Hilmanto kan? Yang mereka bicarakan itu bukan Rony
pacar lu kan?” Aku mencoba meyakinkan bahwa Rony yang dibicarakan oleh mereka
bukanlah Rony pacarnya Naya.
“Nama
Rony adalah Rony Hilmanto Cit.” Jawab Naya lesu.
***
Naya
bertemu dengan Rony dan bertanya pada Rony apa yang dia lakukan dan kemana dia
pergi. Sudah beberapa minggu Rony tidak mengunjungi Naya kerumahnya, padahal
biasanya Rony datang kerumah Naya setiap weekend, namun Rony berkata bahwa dia sedang
sibuk karena banyak tugas kuliah yang harus dikumpulkan sebelum ujian akhir
semester. Naya menceritakan pada Rony tentang apa yang dia dengar sewaktu
dikantin kemarin, tetapi dengan sejuta alasan Rony berkilah dan Rony meyakinkan
Naya bahwa Rony bukanlah laki-laki jahat yang suka mempermainkan wanita. Rony
itu sama halnya dengan caleg caleg yang sedang kampanye, banyak sekali
janji-janji, aku rasa Rony cocok menjadi caleg karena Rony terlalu banyak
mengumbar janji, tidak berbeda jauh dengan caleg.
Naya
kini sedang berada dirumahku, kami belajar bersama untuk menghadapi ujian akhir
semester. Kulihat Naya membuka laptopnya, dia login ke salah satu media sosial,
namun yang kulihat bukan media milik Naya melainkan milik Rony pacarnya. Naya
masih melihat-lihat sampai Naya menemukan satu status dari seorang wanita yang
mengatakan seperti ini, “Punya pacar anak pecinta alam dan keras kepala sungguh
menyebalkan!”. Entah firasat darimana Naya login akun Rony sampai akhirnya
melihat status seperti itu. Naya melihat beberapa foto wanita itu, dan betapa
terkejutnya Naya saat dia melihat ada foto wanita itu dengan Rony. Rony memeluk
wanita itu, begitu mesranya. Naya masih terus melihat beberapa foto dan ada
banyak foto Rony dengan wanita itu. Naya menangis, mematikan laptopnya. Aku
memberikan tissue pada Naya, aku tahu benar apa yang Naya rasakan saat ini
karena akupun dulu pernah mengalami hal seperti itu. Aku tadi sempat melihat
beberapa foto wanita itu dengan Rony.
Pengkhianat!
Mungkin benar yang dibicarakan dua wanita yang dikampus tempo hari, tentang
Rony yang mengajak nonton, Rony yang mengajak kencan, bahkan ada foto bukti Rony
dengan wanita lain. Naya menelepon Rony untuk datang kerumahnya Naya ingin
bertemu dengan Rony. Aku masih dirumah Naya, menemani Naya, aku tidak ingin
terjadi apa-apa dengan Naya, apalagi keadaan seperti ini. Tak lama Rony datang,
aku meninggalkan mereka. Aku mendengar percakapan mereka, aku mendengar Naya
menceritakan semua yang dia lihat, dan Naya menunjukkannya kepada Rony, apalagi
kalau bukan foto Rony dengan wanita itu. Kali ini Rony tidak bisa berkilah,
Rony tidak bisa membela diri, Rony hanya bisa diam tak menjelaskan apapun. Naya
memilih putus, perasaan tidak enak Naya selama ini terjawab, tingkah dan
kelakuan Rony yang belakangan ini tidak wajar, sekarang terjawab.
Aku melihat Naya menangis, aku tahu
Naya adalah seorang wanita yang sangat
tulus apalagi jika sudah menyayangi, Naya sangat tulus. Namun aku benar-benar
tidak menyangka jika ketulusan Naya mendapat balasan berupa airmata. Teganya
Rony menyakiti sahabatku. Teganya Rony membalas ketulusan Naya dengan dustanya.
Setelah mengambil keputusan untuk putus Naya mengusir Rony dari rumahnya. Aku
menghampiri Naya, tangis Naya meledak, aku memeluk Naya dan mencoba untuk
menenangkan Naya.
“Rony pengkhianat Cit! Gue benci sama
dia Cit! Gue benci!” Naya berbicara sambil menangis terisak.
Aku hanya bisa berkata sabar untuk Naya dan mencoba
menenangkan dia dengan berkata bahwa mungkin dia bukan jodoh Naya, dan
seharusnya Naya bersyukur sudah diberi tahu bagaimana Rony sebenarnya.
“Rony bukan hanya pecinta alam Cit,
Rony itu juga pecinta wanita, terbukti dengan beberapa wanita yang ada dalam
hidupnya, gue nyesel kenal sama dia Cit.” Naya masih menangis.
Aku
masih memeluk Naya, airmatanya membasahiku. Nayaku sayang, bersabarlah. Ikhlaskan
dia yang mengkhianatimu, lepaskan dia yang tak menghargai cinta dan
ketulusanmu, suatu saat akan kau temukan dia yang tulus menyayangimu seperti
tulusnya hatimu. Sabarlah sayang, percayalah bahwa ini hanya sepenggal kisah
yang harus kau jalani, ini hanya sepenggal kisah cinta yang harus kau lalui
sebelum kelak kau dapatkan dia yang tulus. Bersabarlah dalam penantianmu untuk
mendapatkan seseorang yang telah diciptakan untukmu.
Entah manusia seperti apa Rony itu. Semoga
Rony cepat disadarkan.
*** SELESAI ***
Tentang Penulis :
Siska L. Rumahorbo. Suka Real Madrid
C.F, suka Cristiano Ronaldo (tapi sayang Ronaldonya ga suka Siska), suka Mario
Gotze (dan ternyata Mario Gotze juga suka Siska, *dalam mimpinya Siska*). Alumni
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
FB : Siska Lasria Rumahorbo. Twitter : @kikareky dan @kim289_, LINE :
siskalasriarumahorbo. Blog: siskalasriar289.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar