Misteri
Mimisan Gio
(Oleh :
Siska L. Rumahorbo)
Gio bocah berusia enam tahun itu terlihat
sedang asik bermain bersama teman-temannya. Suatu saat Gio sedang mandi-mandi di kali,
setelah selesai mandi Gio dan teman-temannya pun mengeringkan badannya, dan
bergegas pulang, sesampainya dirumah Gio pun tidur karna dia lelah tapi
alangkah terkejutnya Gio saat melihat badannya mulai bengkak-bengkak. Dia
berteriak histeris memanggil orangtuanya, lantaran teriakkannya yang sangat
keras orangtua Gio pun menghampiri kamar Gio, betapa terkejutnya mereka melihat
badan Gio bengkak-bengkak. Ayah Gio sudah berfikir bahwa ini pasti ulah
“sesuatu”.
Ayah bertanya pada Gio seharian Gio pergi
kemana, bermain dimana. Dengan polosnya Gio menjawab bahwa dia bermain bersama
teman-teman dan mandi di kali. Tidak salah lagi, ini pasti ulah “makhluk” itu,
karna sudah banyak kejadian seperti, kejadian seperti ini sudah sering terjaadi
kepada beberapa orang, bahwa orang-orang yang mandi di kali itu pasti ada saja
yang terjadi pada orang tersebut. Orangtua Gio membawa Gio kepada “orang
pintar” dan benar saja.
“orang pintar” itu berkata bahwa Gio memang
diganggu oleh “makhluk”, “makhluk” itu ingin memasuki tubuh Gio, tetapi tidak
bisa. Jadi “makhluk” itu marah dan memukuli tubuh Gio sehingga tubuh Gio
menjadi bengkak-bengkak. “orang pintar” itu pun mencoba untuk mengobati Gio,
menjauhkan Gio dari “makhluk” itu. Setelah proses pengobatan selesai orangtua
Gio membawa Gio pulang, mereka menasehati Gio agar Gio selalu berhati-hati.
Gio bocah yang masih duduk dikelas satu
Sekolah Dasar itu pulang sekolah lebih awal karna karna merasa tubuhnya tidak
enak, Gio sepertinya sedang sakit, itulah mengapa Gio pulang sekolah lebih
awal.
“Kamu kenapa sayang? Kok pulang sekolah
cepet?”
“Gio ga enak badan Bu, Ibu guru juga tadi
melihat Gio pucat jadi Gio disuruh pulang” jelas Gio.
“Yaudah kamu makan dulu ya, sayang.”
“Iya, Bu” Jawab Gio
“Mau Ibu suapin, Nak?”
“Ga perlu Bu, Gio udah besar, mau makan
sendiri saja.” Jawab Gio
“Anak Ibu pintar, selamat makan ya, sayang.”
“Terimakasih Bu.” Jawab Gio
Saat sedang makan tiba-tiba ada darah
menetes di makanan Gio, Gio melihat ke atas. Tidak ada apa-apa. Namun darah itu
tetap jatuh dan menetes. Gio panik dan memanggil Ibu nya dengan kencang.
“Ibuuuu…” Ibu Gio pun langsung menghampiri Gio, dan bertanya kenapa Gio berteriak
begitu.
“Ini ada darah Bu di nasi Gio.” Jelas Gio
Ibu melihat darah di nasi Gio, Ibu
memandang ke atas plafon, tidak ada apa-apa, Ibu pun becerita kepada Ayah, ayah
mencoba naik ke atas dan memeriksa plafon siapa tau ada sesuatu diatas, apakah
ada bangkai tikus atau sekiranya ada binatang apa yang kira-kira mati diatas,
tapi Ayah tidak menemukan apapun diatas. Ibu pun menyuruh Gio untuk kembali
makan. “makanannya Ibu ganti ya sayang” kata Ibu. Gio pun hanya menurut.
Setelah makanannya diganti karna yang tadi sudah terkena darah, Giopun
melanjutkan makan. Setelah selesai makan, Gio pun pergi ke kamar dan istirahat.
***
Saat
bangun dari tidur, Gio melihat ke arah tembok alangkah terkejutnya Gio saat dia
melihat ada darah di tembok kamarnya. Gio pun teriak histeris dan memanggil
Ayahnya. Ayahnya pun menghampiri Gio ke kamar juga bersama Ibu Gio, karna Ibu
terkejut mendengar teriakan Gio yang sangat histeris.
“Ada apa sayang? Kamu kenapa teriak?” tanya
Ibu dengan sabar.
“Itu tadi ada darah Bu.” Jelas Gio
“Dimana ada darah?.” Tanya Ayah.
“Ditembok itu Ayah.” Jawab Gio sambil
menunjuk tembok
“Tidak ada darah kok.” Jawab Ayah
“Tidak ada darah, sayang.” Jawab Ibu juga
dengan sabar
“Ttu tadi ada ditembok.” Jawab Gio lagi.
“Di tembok tidak ada darah, ini ada darah
tapi di lantai.” Jawab Ayah.
Ibupun terkejut saat melihat ada darah di
lantai, lalu Ibu bergegas mengambil kain pel lalu membersihkan darah yang ada
di lantai itu. Lalu Ayah mengajak Gio keluar kamar dan mengajak untuk berdoa,
lalu Gio beserta Ayah, dan Ibu pun berdoa untuk menenangkan Gio dan dan juga
keluarga. Selesai berdoa Gio pun lanjut tidur, Gio tidur ditemani oleh Ibu.
Keesokan
paginya saat bangun pagi…
“Giooo……. Ayah……. “ Ibu teriak histeris.
Gio terbangun karna teriakan Ibu tetapi dia
begitu lemas sehingga hanya bisa membuka mata tanpa bisa bergerak. Sementara
Ayah yang sedang tidur diruang tamu buru-buru masuk kamar dan menghampiri kami.
“Ada apa Bu?” tanya Ayah panik
“Ini Ayah, Gio,, Gio…“ Jawab Ibu panik.
“Ya Tuhan! Gio!!” Seru Ayah tak kalah
panik.
“Kenapa Gio bisa berlumuran darah gini Bu?”
Ayah Panik
“Ibu tidak tahu, Yah.”
Ibu membawa Gio ke kamar mandi dan
membersihkah semua darah di wajah Gio, semua wajah Gio berlumuran darah, Ibu
sangat khawatir kalau Gio kekurangan darah karna banyak sekali darah yang
keluar, belum lagi darah yang mengalir dilantai tadi. Ibu sangat khawatir
kepada Gio, barangkali ada yang terluka dari di badan Gio karna dari mana
ada darah berlumuran di tubuh jika tidak
ada bagian tubuh yang luka. Setelah selesai membersihkan tubuh Gio tidak ada
luka apapaun baik ditubuh juga di wajah Gio, tapi baru sebentar selesai
membersihkan, ada darah lagi mengalir, tapi kali ini baru ketahuan jika darah
itu keluar dari hidung Gio. Gio mimisan. Mungkinkah darah yang tadi itu adalah
darah mimisan Gio? Sebanyak itukah darahnya.
Malam ini kebetulan malam jumat, Ayah tidak
mau terjadi apapun pada Gio dan kehidupan Gio. Ayah tidak mengizinkan Gio untuk
pergi bermain keluar rumah. Karna malam ini pas malam jumat Ayah berniat
memanggil “orang pintar” lagi untuk menyembuhkan Gio lagi. Ayah memanggil dua
orang pintar sekaligus. Lalu pada pukul Sembilan malam Gio dengan di kelilingi
dua “orang pintar” untuk melakukan suatu ritual untuk mengusir “makhluk” dari
hidup Gio.
Ritual dilakukan di dalam rumah, suasana
ritual itu sangat menegangkan, karna diruangan itu tidak ada cahaya kecuali
beberapa lilin yang menjadi sumber cahaya. Terjadilah peperangan ilmu antara
dua “orang pintar” itu dengan “makhluk” yang mengganggu Gio. Lalu terjadilah percakapan
antara “orang pintar” itu dengan “makhluk”.
“Apa yang kamu inginkan dari anak ini?”
tanya “orang pintar” itu.
Terjadilah percakapan antara “orang pintar”
itu dengan “makhluk” itu.
“Saya tidak menginginkan apapun dari anak
ini, saya hanya ingin memasuki raga anak ini, tubuh anak ini karna saya suka
dengan anak ini. Tetapi setiap kali saya mencoba masuk ada sesuatu yang menolak
kehadiran saya sehingga saya tidak bisa memasuki tubuh anak ini” jawab
“makhluk” itu.
“Pergilah kamu, jangan ganggu anak ini lagi!”
usir “orang pinta” itu kepada “makhluk”
“Tidak, saya tidak akan pergi!” jawab sang
“makhluk”.
Terjadilah perdebatan yang sangat lama dan
pada akhirnya menyerahlah “makhluk” yang selama ini mengganggu hidup Gio.
Tetapi sebelum “mahkluk” itu pergi “makhluk”
itu berkata bahwa dia akan pergi sementara waktu, dan dia akan kembali lagi
suatu saat nanti, entah itu untuk Gio ataupun untuk kehidupan Gio dimasa depan,
mungkin untuk anak atau cucu Gio dimasa depan.
Pada akhirnya pergilah “makhluk” itu dari hidup
Gio, dan sekarang Gio bisa hidup dengan tenang, layaknya anak-anak seusianya.
Tidak ada lagi hal-hal mistis yang mengganggu kehidupannya, tidak ada lagi
darah yang selalu menghantuinya, karna darah yang selama ini muncul adalah ulah
“makhluk” itu untuk mengganggu dan menakuti Gio. Saat ini Giopun sudah tidak
mimisan lagi seperti hari kemarin. Gio sudah sembuh, Gio sudah bisa hidup
normal tanpa gangguan dari “makhluk” apapun.
*** SELESAI ***
Tentang Penulis :
Siska L. Rumahorbo. Suka Real Madrid
C.F, suka Cristiano Ronaldo (tapi sayang Ronaldonya ga suka Siska), suka Mario
Gotze (dan ternyata Mario Gotze juga suka Siska, *dalam mimpinya Siska*). Alumni
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
FB : Siska Lasria Rumahorbo. Twitter : @kikareky dan @kim289_, LINE :
siskalasriarumahorbo. Blog: siskalasriar289.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar