Takkan Ku Lepas
(Oleh : Siska L. Rumahorbo)
Kau
hanya diam saat aku bertanya tentang perasaanmu, aku hanya ingin tahu apa yang
kau rasakan saat ini, masih samakah perasaanmu kepadaku, seperti beberapa bulan
yang lalu saat kau memintaku untuk teruS bersamamu, didekatmu, bukan hanya sahabat
tetapi lebih dari itu, saat kau merasa nyaman bersamaku. Aku ingin tahu tentang
semua itu, apakah masih sama atau sudah mulai memudar secara perlahan sejak kau
mengenalnya?
“Semoga
saja ini hanya perasaanku.” Ucapku saat berhasil mengajakmu makan malam setelah
sekian kali aku gagal mengajakmu makan malam. Kau selalu menghindar dengan
beribu alasan. Perlahan namun pasti, aku merasakan perubahan dalam dirimu.
“Tak
ada yang berubah dari diriku.” Jawabmu mantap sambil terus melahap makananmu
tanpa memandangku sedikitpun. Tatap aku, tolong tatap aku, aku rindu tatapan
indahmu, aku rindu merasakan sejuknya hati saat kau menatapku. Jawabanmu seolah
tak acuh akan perasaanku ini.
“Kamu
bahkan jarang punya waktu untuk aku.” Aku masih menatapmu berharap kau juga
akan membalas tatapanku. Sungguh makan malam ini hanya alasanku untuk bertemu
denganmu, aku sama sekali tidak menyentuh makanan yang telah kupesan ini.
“Aku
sibuk. Aku harus kejar target, kamu tahu kan pekerjaanku adalah staff marketing jadi aku harus bisa mengejar
target.” Jawabanmu masih ringan, kali ini kau hanya memainkan makanan yang ada
didepanmu, mungkin kau sudah tidak berselera untuk makan.
Aku
menyerah pada cacing diperutku yang sudah mulai konser, aku perlahan melahap
makananku. Sejak awal pembicaraan hingga makanan yang sudah habis, aku belum
mendapatkan jawaban atas keresahanku ini.
“Mbak...”
Kau memanggil pelayan untuk meminta bill.
Aku segera mencegahmu untuk membayar semua ini. Namun keras kepalamu itu
membuatku kalah.
“Cit,
kalau ada yang lain dihatimu, katakanlah.” Aku mencoba menembakmu dengan
harapan kau akan jujur padaku. Aku mencoba menggenggam tanganmu dan kau tak
menolaknya. Kau hanya tersenyum padaku, dan kali ini kau menatapku.
“I love you, Ton.” Ucapanmu itu selalu
bisa membuatku tenang.
Kau
segera masuk kerumah setelah ucapan i
love you beserta ciuman di pipiku. Aku hanya mampu berbisik dibalik
kepergianmu, “I love you too, Cit.”
***
“Ton,
makasih ya udah mau jadi pacarku.” Ucapmu saat itu, namun aku masih bingung mengapa
kau lebih memilihku dan memutuskan hubunganmu dengan Rian. Ya, aku masih ingat
betul kejadian itu. Saat kita masih bersahabat, saling sharing, bercerita ini dan itu, hingga suatu hari kau sudah tidak
nyaman bersama Rian dan kau menginginkan aku untuk menggantikannya. Jujur aku
menyayangimu, jadi tak mungkin aku bisa menolak hatimu.
Aku
masih ingat semua tentang kita, dan itulah yang sebenarnya aku fikirkan,
perasaanmu. Apakah sudah berubah perasaanmu? Apakah kau merasakan
ketidak-nyamanan bersamaku sama seperti dulu kau tak nyaman bersama Rian?
Apakah kau akan membuangku seperti kau membuang Rian demi aku? Apakah kau akan
membuangku untuk pria lain?
Belakangan
ini kau mulai kasar, tidak seperti Citra yang kukenal. Dan perasaanku selama
ini ternyata benar, ada pria lain dalam hidupmu, perubahanmu bukan hanya
perasaanku, tetapi memang nyata.
“Ton,
kita putus ya.” Ucapmu pada suatu hari.
Seperti
dihunus ribuan pedang, sakitnya hatiku sudah lebih dari sakit.
“Ternyata
perasaanku selama ini benar, kau sudah berubah. Pria mana yang akan merebutmu
dariku? Siapa dia? Apakah dia lebih baik dariku?” Kuberondong kau dengan
beberapa pertanyaan.
“Siapa
yang akan menggantikan aku? Apakah kau akan membuangku seperti kau membuang
Rian dulu? Semudah itukah kau membuang orang yang mencintaimu?”
Kau
hanya diam, tak sepatah katapun kau menjawab pertanyaanku.
“Mungkin
aku bodoh telah menerima hati dan cintamu, dari awal aku sudah berfikir akan
hal ini. Kau meninggalkan Rian demi aku, dan mungkin kau akan membuangku demi
pria lain. Kini benar terjadi seperti itu.”
Kau
hanya tertunduk, tak sedetikpun menatapku.
“Aku
takkan melepaskanmu demi pria manapun, jika kau tak nyaman bersamaku, jika ada
yang salah dengan hubungan ini, kita bisa perbaiki bersama, kita bisa koreksi
diri masing-masing, bukan dengan jalan putus.”
“Jika
kau jenuh pada hubungan ini, jika kau bosan padaku, ingatlah bagaimana awalnya
kita saling mencinta. Ingatkah bagaimana awalnya kita berasma. Jika kau ingin
aku pergi ingatkah bagaimana awalnya kau menginginkan aku untuk tetap
bersamamu.”
“Aku....”
Kau menggantungkan kalimatmu.
“Ingatlah
bagaimana cinta kita mulai tumbuh, ingatlah bagaimana kasih sayang kita
bermekaran menghiasi hari-hari kita. Ingatlah semua kata cinta yang pernah kau
ucap dulu.”
Aku
tak mengharapkan sepatah katapun darimu, aku langsung memelukmu, karena aku
tahu kau akan merasa nyaman dalam pelukanku, seperti yang pernah kau katakan bahwa
kau merasa tenang dalam pelukanku.
“Aku
akan bertahan demi cinta yang pernah hadir.” Ucapku lagi kepadamu.
Aku
takkan melepasmu, akan akan mempertahankan kamu, aku akan bertahan demi
cintaku, dari kejadian ini aku bisa mengambil keputusan bahwa aku akan
melamarmu, menjadikanmu teman hidupku selamanya, menjadikanmu istriku, segera.
*** THE END ***
Data
diri:
SiskaL. Rumahorbo. Suka Real Madrid C.F, suka Cristiano Ronaldo (tapi sayang
Ronaldonya ga suka Siska), suka Mario Gotze (dan ternyata Mario Gotze juga suka
Siska, *dalam mimpinya Siska*). Alumni Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Banten. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. FB : Siska Lasria Rumahorbo. Twitter
: @kikareky dan @kim289_, LINE : siskalasriarumahorbo. Blog:
siskalasriar289.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar