Cahaya
(Oleh Siska L. Rumahorbo)
Malam ini Aya
harus pulang lebih lama dari biasanya, pekerjaan yang menuntutnya menjadi
seperti ini dan ini adalah malam kedua Aya harus pulang larut. Jam
di ruangan itu sudah menunjukkan pukul sebelas kurang sepuluh menit, dan di
ruangan itu Aya masih berkutat dengan pekerjaannya. Aya masih memegang
peralatan kerjanya, di tangannya ada sebuah papan kecil untuk menulis, dan
pulpen.
Aya membantu
seorang wanita muda yang terbaring di tempat pembaringan itu untuk bangun. Cleo
Sagita, itulah nama yang tertulis pada papan yang menempel di depan tempat
tidur pasien itu. Aya membantunya untuk duduk dan merapihkan tempat tidur itu.
Memeriksa denyut nadi, detak jantung, dan hal lain pada wanita muda itu, kemudian
memberi vitamin dan membantunya kembali untuk tidur
Setelah selesai
dengan satu pasien kemudian Aya mencari teman kerjanya yang akan menggantikan
pekerjaannya karena ini sudah masuk shift malam dan Aya sudah seharusnya
pulang. Perawat pada sebuah rumah sakit umum daerah di kota tempat tinggalnya,
itulah pekerjaan Aya saat ini, pekerjaan yang sangat ia dambakan sejak masih
duduk di bangku sekolah dasar, cita-citanya sejak dulu kini tercapai dan tentu
membuat kedua orangtuanya bahagia dan bangga pada putri semata wayangnya itu.
Aya berdiri
didepan rumah sakit sambil sesekali melihat jam yang melingkar di tangannya.
Wajahnya terlihat gelisah dan terus menerus melihat kiri dan kanan seperti
mencari seseorang. Tidak sabar ia menunggu ia mengambil HP disaku jaketnya dan
menghubungi seseorang, namun baru saja ia akan menekan nomor tujuan seorang
pria telah muncul di hadapannya.
“Maaf ya lama,
tadi ada sedikit masalah dirumah.” Ucap pria itu, sementara Aya hanya tersenyum
sebagai tanda “tidak apa-apa”. Pria itu memberikan helm pada Aya dan
mengantarkan Aya pulang.
***
“Dimas, maafkan
aku. Ini bukan keinginanku. Aku tak bisa berbuat apapun. Ini keinginan
orangtuaku.” Ucap Aya sambil terus menangis sementara Dimas terus menghapus
airmata yang terus membasahi pipi tembem Aya.
Aya benar-benar
gelisah, ia tak tahu harus berbuat apa untuk menyelesaikan ini semua. Ia harus
menerima perjodohannya dengan pria yang tidak ia cintai dan ia tidak ingin
mennyakiti Dimas. Jelas bukan keinginan Aya meninggalkan Dimas untuk pria lain
dan hati Aya berontak dengan semua ini karena Aya sangat menginginkan Dimas.
Susah payah Aya
menjelaskan pada orangtuanya bahwa ia telah memiliki pria pilihannya namun
tetap orangtuanya bersikeras menjodohkan Aya dengan pria lain, karena di mata
mereka pria itu adalah sosok yang sempurna dan orangtua Aya lupa bahwa tak ada
manusia yang sempurna.
Pernikahan Aya
akan berlangsung dua minggu lagi dan itu membuat Aya semakin terpuruk, ia tidak
tahu apa yang akan terjadi pada hidupnya jika ia harus hidup tanpa Dimas.
***
“Mbak Aya. Aku
kapan boleh pulang?” tanya wanita yang bernama Cleo itu. Cleo memang lebih suka
memanggil para perawat dengan sebutan “Mbak” termasuk memanggil Aya.
Aya tidak
langsung menjawab pertanyaan itu, bahkan baginya itu seperti angin lalu yang
lewat di telinganya. Aya masih saja memikirkan tentang pernikahan yang sudah
berlangsung dan kini ia telah menjadi istri orang. Rupanya sejak kejadian hari
itu, hari dimana Aya dijodohkan, ia menjadi sangat pendiam dan lebih banyak
melamun dan bengong.
“Mbak Aya.”
Panggil wanita itu lagi dan mencoba menyadarkan Aya.
“I… Iya, Bu Cleo.
Maaf saya melamun. Ada apa?”
Wanita yang
bernama Cleo itu tahu cerita tentang Aya, tentu saja dari perawat lain yang
bertugas merawatnya. Wanita itu tahu betul apa yang dirasakan oleh Aya karena
ia juga korban perjodohan, ia harus meninggalkan kekasihnya untuk pria dan
harus menerima pria lain yang dijodohkan oleh orangtuanya.
“Aku mengerti
apa yang Mbak Aya rasakan saat ini.” Ucap Cleo tersenyum, namun senyumnya itu
terlihat getir, senyum yang sengaja dipaksakan. Ia mulai menceritakan
masalalunya pada Aya. Kini mereka mulai berbagi cerita, bahkan sejak awal masuk
rumah sakit Cleo memang suka berbagi cerita dengan Aya, mereka sudah seperti
sahabat, bukan lagi pasien dan perawat.
Cleo
menceritakan bagaimana ia bisa sakit hingga akhirnya dirawat di rumah sakit
tempat Aya bekerja, ia bercerita tentang kehidupannya yang tak pernah harmonis
dengan suaminya walaupun suaminya selalu berlaku baik padanya. Ia menceritakan
kebenciannya kepada kedua orangtuanya yang telah menjodohkannya dengan pria
yang tak dicintanya. Hingga pada akhirnya, lambat laun, pelan namun pasti Cleo
belajar untuk dapat menerima suaminya.
Dengan sabar
Aya mendengarkan cerita Cleo sambil memeriksa keadaan Cleo dan jika keadaan
memungkinkan dan dokter mengizinkan, dua hari lagi Cleo sudah bisa pulang. Aya
pasti akan merindukan Cleo, begitu juga sebaliknya. Cleo pasti akan sangat
merindukan sosok seorang perawat seperti Aya.
***
“Aya!”
Merasa namanya
dipanggil Aya menoleh untuk mencari sumber suara yang memanggil namanya,
dilihatnya Dimas datang menghampiri dan seketika itu juga Aya langsung lari
untuk menghindari Dimas.
“Aya tunggu!”
Dimas menarik tangan Aya.
Aya melepaskan
tangan Dimas dan menyuruhnya pergi karena Aya tak ingin menimbulkan fitnah jika
nanti ada yang melihat mereka berdua apalagi berpegang tangan. Aya tak ingin nama
baik Dimas jadi buruk, ia tak ingin Dimas disebut perusak rumah tangga orang
nantinya, ia tahu posisinya sekarang hanyalah masa lalu untuk Dimas.
“Aku ingin
bicara, sebentar saja. Aku mohon.”
Aya membiarkan
Dimas berbicara menyampaikan maksudnya. Dimas ingin pergi keluar kota agar bisa
melupakan semua sakit hatinya, ia sangat terpuruk dan tak bisa memaafkan pria
lain yang kini telah menjadi suami Aya.
“Kamu tetap di
hatiku, sampai kapanpun.” Dimas memeluk Aya, sementara itu Aya menjatuhkan
airmatanya.
“Semoga tidak akan
ada yang mengetahui bahwa ini adalah anakmu, bukan anak pria yang menjadi
suamiku! Bukan! Sampai mati aku tidak akan pernah mencintai dia!” tangis Aya semakin
menjadi manakala ia mengingat perjodohannya dan kini harus hidup bersama pria
pilihan orangtuanya.
“Hatiku,
cintaku hanya untukmu. Tetap untukmu. Selalu untukmu.” Bisik Aya saat berada
dalam pelukan Dimas, dan airmata itu terus mengalir.
Tak ingin ada
yang melihat adegan itu, Dimas langsung pergi meninggalkan Aya dan tak lupa
mencium kening mantan kekasihnya itu. Perlahan sosok Dimas menghilang dari
pandangan Aya.
“Jika anak ini
lahir, akan kuberi nama Cahaya. Aku ingin ia menjadi cahaya bagi hidupku yang
pekat, dan aku ingin ia menjadi cahaya bagi kisah cinta kita yang pernah
kelam.” Ucap Aya sambil mengusap perutnya.
*** END ***
Data diri :
Siska LasriaRumahorbo, anak pertama dari empat bersaudara berdarah batak asli (tanpa
campuran apapun). Lahir di Serang 02 Agustus, tinggal di Merak, Banten. Alumni
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Menyukai klub bola Real Madrid C.F
dan penggila Cristiano Ronaldo, pecinta Mario Gotze. Bisa di hubungi via email
di kikacantikcettarmembahana@gmail.com, via LINE : siskalasriarumahorbo, dan bisa
disapa di twiter @kim289_ dan @kikareky. FPnya Kim Angella Fortune / Siska L.
Rumahorbo. Bercita-cita ingin menjadi direktur sebuah bank, bank apa saja yang
pokoknya bank. Mempunyai keinginan bisa jalan-jalan ke Stadion Santiago
Bernabeu di Madrid, Spanyol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar