Julian
Oh, Julian
(Oleh
Siska L. Rumahorbo)
Aku terkadang suka sebal, kesal dan emosi melihat kelakuan Julian pacarku. Entah
dia yang sangat tengil atau aku yang belum mengerti dia. Sejak Julian pindah
kerja aku menemaninya mencari kost-kostan baru, aku tidak tahu apa sebenarnya alasan
Julian pindah kerja dari kantor lamanya, padahal posisi dia saat itu sudah
menjadi supervisor dan dia pernah bercerita bahwa Bossnya akan mempromosikan
Julian sehingga Julian bisa naik jabatan, setara dengan manager. Bukankah itu
bagus untuk masa depan Julian, masa depanku juga tentunya sebagai calon istri
Julian. Tetapi Julian lebih memilih untuk mengundurkan diri, pernah aku
bertanya padanya apa alasan dia mengundurkan diri dari kantor lamanya, tetapi
dia hanya berkata bahwa Bossnya yang seorang janda itu menyukainya, aku
bertanya pada Julian darimana dia tahu bahwa Bossnya menyukainya dan Julian
hanya menjawab bahwa dia bisa mengetahui dari gerak-gerik dan tingkah laku
Bossnya. Entahlah benar atau tidak, atau hanya Julian saja yang ke-PD-an.
“Kamu
harusnya bersyukur, pacar kamu yang tampan ini menghindar dari godaan Boss
ganjen seperti itu.” Kata Julian suatu hari.
“Kamu
tuh terlalu ke-PD-an. Belum tentu juga tu orang suka sama kamu.” Jawabku.
“Yeee,
di bilangin ga percaya.”
“Terserah
kamu deh.”
Sudah
seminggu kami mencari-cari kostan yang pas untuk Julian, selama ini Julian
masih tinggal di kostan lama dan itu jaraknya jauh dengan kantor Julian yang
baru. Sebenarnya kantor Julian yang sekarang dekat dengan kantorku, dan Julian ingin
mencari kost-an yang dekat kantornya, bila perlu sangat dekat supaya dia
tinggal jalan kaki saja, dan yang lebih penting agar dia bisa bangun siang.
Jadi kalau telat bangun bisa langsung lari ke kantor (tentunya tidak lupa
mandi). Setelah lelah kesana kesini kesitu kemari ahirnya kami mendapatkan
kostan yang lumayan, besok Julian sudah bisa menempati kostan barunya.
***
Sudah
tiga hari Julian berada dikostan barunya, hari ini kebetulan hari sabtu, aku
ingin mengunjungi Julian, sekalian membawakan makanannya untuknya, aku berani
taruhan, jika hari libur begini Julian bisa tidur seharian, seperti orang mati.
Aku sudah berada didepan kostan Julian. Aku meneleponnya lagi agar dia
membukakan aku pagar, karena aku yakin dia pasti tidur lagi walau aku tadi sempat
meneleponnya memberitahu bahwa aku akan datang. Julian pacarku ini sebenarnya
ingin sekali menjadi pengacara, dan dia sebenarnya adalah sarjana hukum, aku
rasa kantor barunya yang sekarang ini bisa sebagai sarana dia dalam belajar
untuk menjadi seorang pengacara. Bekerja sambil belajar dan mengasah
kemampuannya. Kalau boleh jujur Julian ini mantan playboy, entah mantan atau
masih, yang jelas selama denganku dia belum menunjukkan tingkah yang aneh.
“Kamu
belum mandi? Bangun gih, mandi dulu.” Kataku saat telah berada di kost-an
Julian. Aku menyuruhnya mandi sementara aku menunggunya diruang tamu. Kostan
ini sebenarnya rumah penduduk yang kamarnya sengaja di kontrakkan, pemilik
kostan pun tinggal dirumah ini, jadi kostan ini cukup aman. Pemilik kostan ini
hanya memiliki dua anak laki-laki.
Setelah
selesai mandi.
“Sayang.
Gimana kostannya menurut kamu. Asik kan?” Tanyaku pada Julian setelah dia
selesai mandi.
“Iya
lumayan asiklah. Nyaman juga kok.” Jawabnya sambil menggosok-gosok kepalanya
dengan handuk.
“Oiya
beb, kemarin, pas waktu aku mau mandi, pagi-pagi ada cewe cantik banget, cuma pake handuk doank.”
“APA??”
“Cewe
beb, cantik pake banget.” Julian mengulang dengan ekspresi sumringah dan wajah tanpa dosa, tanpa merasa
bersalah sedikitpun.
Aku
mulai geram, karena seingatku rumah ini penghuninya laki-laki semua, lalu
darimana datangnya wanita itu, apakah dia saudara dari yang
punya rumah. Tetapi aku tidak yakin, karena pemilik rumah ini adalah orang Batak
tulen tanpa blasteran manapun.
“Trus
beb, kamu bayangin ga? Handuknya tiba-tiba jatuh.” Julian melanjutkan
ceritanya.
“WHAT??”Aku
mulai emosi, mulai naik darah. Dasar lelaki!
“Tanpa
sehelai benangpun di tubuhnya.” Lanjut Julian.
Aku
semakin emosi saat Julian melanjutkan perkatannya.
”Aku
gemeteran beb liat. Aku hampir pingsan beb saat aku melihat dia.” Julian masih
melanjutkan ceritanya dengan antusias, dengan semangat empat-empat sehari
sebelum Indonesia merdeka. Jujur, aku semakin geram mendengar cerita Julian.
“Trus
kamu lihat dia?” Tanyaku dengan penuh amarah.
“Ya
jelas dong beb. Terus, pas aku liat ke bawah...... “ Julian tidak melanjutkan
ceritanya.
“Terus
apa??” Tanyaku semakin marah dan pastinya aku tidak sabar dan tanganku sudah
bersiap-siap ingin mendarat dipipinya.
“Ternyata
isinya sama kaya punya aku beb.” Julian lalu tertawa terbahak-bahak. Hampir
saja tanganku ini mendarat di wajah tampannya itu.
“Juliaaaaaan……….”Aku
menjerit.
“Kamu
tau ga beb? Dengan suara ngebas dia bilang "woy! Ngapain liat-liat, lo jg
punya." Julian semakin tertawa, tetapi aku semakin geram dengan cerita Julian,
aku fikir benar ada perempuan di kostan ini, ternyata, dia adalah yang biasa di
kejar-kejar Satpol PP. Jujur sebenarnya aku emosi tetapi disisi lain aku juga
ingin tertawa mendengar cerita Julian tadi.
Setelah
Julian selesai mandi, pakai baju dan bersiap-siap kami lalu pergi
berjalan-jalan menghabiskan waktu weekend bersama. Aku dan Julian selalu
menghabiskan akhir pekan bersama, terkadang jalan-jalan di mall, terkadang
bermain dirumahku.
***
Suatu
hari aku pergi ke kantor Julian, tumben sekali Julian tidak menjemput aku,
walaupun kantor kami berdekatan tetapi Julian biasa menjemputku. Aku mendatangi
kantornya dan kudapati ternyata dia masih sibuk bekerja. Aku menghampiri Julian
di meja kerjanya aku menemukan ada sebuah lipstick.
“Sayang,
ini lipstick siapa?” Tanyaku curiga.
“Boss
aku, tadi dia kesini.”
“Abis
ngapain? Kenapa sampe ada lipstick begini?” Tanyaku penuh selidik.
Julian
menjelaskan panjang lebar dan aku sama sekali tidak bisa menerima penjelasannya
yang ngalor-ngidul tidak karuan.
“Terus,
ini ada jam tangan perempuan, jam tangan siapa? Jam tangan Boss kamu juga?”
Tanyaku dengan kecurigaan yang naik satu level dari level sebelumnya.
“Bukan.”
Jawabnya santai.
“Bohong!
Kamu pasti abis makan siang sama perempuan kan? Buktinya tadi kita ga makan siang
bareng, alasan kamu sibuk.” Aku mulai menuduh Julian.
“Tidak
sayang, itu jam tangan adalah barang bukti dari kasus pencurian yg
sedang aku tangani.” Julian menjelaskan dengan sabar.
sedang aku tangani.” Julian menjelaskan dengan sabar.
“Kenapa
harus kamu yang menangani kasus?”
“Aku
kan pengen jadi pengacara beb, jadi aku mulai belajar dari hal kecil dulu, dan
Boss member kepercayaan kepadaku untuk menangani kasus ini.” Julian masih sabar
menjelaskan.
“Yaudah
yuk, kita pulang.” Ajakku pada Julian, karena ini sudah mulai malam.
Saat
akan meninggalkan ruangan mataku menemukan sebuah benda yang menarik mataku.
Aku menghampirinya. Sebuah kotak perhiasan. Aku mengambilnya dan membukanya.
“Sayang,
ini kotak perhiasan apa? Apa ini juga kasus yang sedang kamu tangani?” Aku
melirik Julian sambil menyindir dengan pertanyaan.
“Bukan beb, itu beli untuk kamu.” Jawab Julian
santai.
Aku
membuka kotak kecil itu dan aku menemukan sebuah cincin didalamnya. Aku senang,
tetapi hanya sesaat saja, karena aku melihat ukiran nama di cincin itu.
“Selly
itu siapa?” Tanyaku geram pada Julian.
“Nama
aku Serly bukan Selly!” Aku semakin
geram dengan Julian.
“Itu
pedagannya salah ukir nama beb, jangan marah dong, beda tipis doang.” Julian
masih sabar, padahal dalam hatinya Julian sangat dag dig dug, takut ketahuan.
“Sayang,
tolong jujur sama aku, Selly itu siapa?” Aku mulai serius dan aku menatap mata
Julian tajam, aku serius, kali ini aku benar-benar serius.
Julian
hanya diam, tidak menjawab pertanyaanku, tidak bersuara sedikitpun.
“Kalau
Selly lebih baik dari aku, kamu silakan pergi dengan dia, maaf ya. Aku pamit.”
Kataku saat itu, dan aku langsung berbalik dan pergi meninggalkan Julian.
“Beb
tunggu. Ikut aku ke kostan yu, aku jelasin nanti.”
Aku
menuruti ajakan Julian, setelah tiba dikostan Julian.
“Juliaaaaannnnn………………”
Aku berteriak histeris.
“Kenapa
sayang?” Julian tidak kalah kaget.
“Ini
BH siapa??” Suaraku keras. Masa bodo jika ada yang dengar aku sudah emosi
melihat tingkah Julian sejak dikantor tadi.
“Apa
kamu mau bilang kalau ini barang bukti dari kasus yang kamu tangani?” Suaraku
semakin keras, aku semakin emosi.
“Iii..
iya sayang, ini barang bukti.” Jawab Julian gugup. Padahal sebenarnya Julianpun
tidak tahu itu BH siapa, boro-boro barang bukti, namun saking gugupnya Julian
menghadapiku yang mulai emosi jadi Julian jawab saja bahwa itu adalah barang
bukti.
“Barang
bukti apa yang seperti ini?” Bentakku pada Julian.
“Ini
barang bukti apalagi?? Ini kasus apaaa??” Aku masih terus berbicara dengan
suara keras saking emosinya aku.”
“Itu,
itu barang bukti dari kasus perselingkuhan.” Jawab Julian masih dengan
gugupnya. Padahal tidak demikian kenyataannya. Perslingkuhan siapa dengan
siapa, entahlah Julianpun tidak tahu, dia asal sebut saja demi menyelamatkan
nyawanya dari cengkeramanku.
“Kasus
perselingkuhan?” Aku masih dengan suara keras.
“Iii…
Iya beb.” Julian semakin gugup.
“Kasus
perselingkuhan kamu dengan Selly kan?” Bentakku lagi.
“Iya
beb,.”
“APA?”
“Ngga beb, bukan, bukan aku yang selingkuh.”
“Ngga beb, bukan, bukan aku yang selingkuh.”
“Kamu
bohong!”
“Sumpah
beb, bukan aku, aku ga tau itu BH siapa. Itu cuma barang bukti yang aku
tangani.” Julian gugup tidak tahu harus menjelaskan seperti apa kepada ku, aku
sudah terlanjur marah dan kesal, sehingga Julian sangat kebingungan, antara
ingin menjelaskan atau meredam emosiku terlebih dahulu.
PLAK!!
“Kita
putus!!” Bentakku pada Julian setelah mendaratkan tanganku diwajah tampannya.
Aku
pulang meninggalkan Julian.
***
Sementara
itu dikamar kost Julian.
“Sialan!
Gara-gara BH sialan ini! Punya siapa sih?! Kalau sampai aku tahu ini punya
siapa, aku habisi itu orang!” Julian geram.
Tok
tok tok. . .
“Siapa?”
“Bapak.” Jawab suara dari seberang pintu.
Rupanya
Bapak pemilik kost yang datang. Julian segera membuka pintu. Julian mendapati
Bapak pemilik kost senyam-senyum.
“Maaf
Nak Julian, Bapak ingin mengambil BH yang Bapak titipkan dikamar Julian. Jadi
tadi Bapak sengaja nitip ini, kebetulan kamar Nak Julian tadi tidak dikunci,
jadi Bapak lempar saja ke kamar Nak Julian, supaya tidak ketahuan Ibu. Hehehe.”
Bapak menjelaskan panjang lebar sambil cekikikan.
“Apa??
Jadi… Jadiii…. Ini??” Julian gugup tak bisa berbicara apapun.
Sementara
Bapak pemilik kost sudah mengambil BH yang menjadi biang keributan tadi, BH
yang menjadi penyebabkan putusnya hubungan kami.
“Serliiiiii………………”
Julian berteriak.
*** SELESAI ***
Data diri :
Siska L. Rumahorbo, anak pertama dari empat bersaudara. Menyukai klub Real Madrid
C.F,
penggila Cristiano Ronaldo dan Mario Gotze. Lahir di Garoga, Sumatera Utara, alumni dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Bisa dihubungi via WhatsApp di 081280228820,
facebook Siska Lasria Rumahorbo, twitter @kim289_ dan @kikareky,
instagram @kikareky. LINE :
siskalasriarumahorbo Bisa intip blognya di
http://siskalasriar289.blogspot.com atau google plus di :
siskalasriarumahorbo020889
Tidak ada komentar:
Posting Komentar