Rindu Mawar
(Oleh Siska L. Rumahorbo)
Citra
masih galau karena dia menemukan banyak SMS dari perempuan bernama Fitri di handphone Rino. Kerjaan yang dari tadi
diberikan boss masih belum disentuhnya. Vina mencoba berbicara dengan Citra,
bukannya Vina ingin kepo atau mencampuri urusan Citra, apalagi ini adalah
urusan hati. Tetapi Vina tidak bisa melihat Citra seperti ini.
“Cit,
kamu kenapa? Muka kamu kalo lagi galau ngeselin tau.” Canda Vina.
“Fitri.”
Dia hanya menyebut nama itu. Vina sudah menduga sebelumnya, pasti Fitri. Fitri
yang juga teman kantor mereka namun berbeda divisi. Fitri adalah karyawan baru
dikantor tempat mereka bekerja, baru dua minggu Fitri masuk kerja namun dia
sudah mulai merusak hubungan Citra dan Rino.
“Itu
cewek enggak tau malu banget sih! Padahal semua orang kantor tau kalo Rino
tunangan kamu!” Vina mulai emosi.
“Bukan
salah Fitri sepenuhnya kok Vin. Rino juga salah, dia juga ganjen.”
“Halah! Sama aja Cit. Si Fitri juga kecentilan! Kalo
Rino yang ganjen kan Fitri harusnya enggak meladeni Rino. Emang dasar itu cewek
enggak tau malu!” Umpat Vina.
“Vinaa,,
Citraaa… Jam kerja jangan nge-gosip. Citra, kerjaan yang saya kasih tadi
secepatnya ya.” Suara Boss kami terdengar, dia berbicara dari ruangannya. Boss
mereka itu sepertinya memiliki kelebihan pendengaran. Vina dan Citra padahal
berbisik-bisik tetapi masih saja terdengar oleh Boss.
“Emank
mereka SMSan apa sih?” Tanya Vina penasaran.
“Vinaaaaa…………”
Boss mereka ternyata sudah berada disamping mereka.
Vina
langsung kembali ke tempat setelah senyum terpaksa kepada Bossnya. Boss mereka
itu sebenarnya baik, dia juga suka curhat tetapi dalam jam kerja seperti ini
yang namanya kerja harus kerja, jangan terlalu banyak menggosip. Kurang lebih
seperti itulah yang diinginkannya.
***
“Kamu
yakin lebih pilih Fitri daripada aku? Perempuan yang belum lama kamu kenal.”
Tanya Citra pada Rino disuatu jam istirahat makan siang. Wajah cantik Citra
saat itu terlihat lesu dan tak bersemangat. Masalah yang datang terus-menerus
membuat wajah cantiknya sedikit berkurang.
“Iya.”
Hanya itu jawaban Rino.
“Kita
udah empat tahun berhubungan dan kita udah tunangan Rino. Kamu mau mengakhiri
ini semua?” Tanya Citra lagi. Terlihat jelas Citra mengatur emosinya. Menahan
airmata yang sebentar lagi akan jatuh diwajahnya.
“Maafin
aku ya Cit.”
Tanpa
menjawab pertanyaan Rino Citra langsung berlalu dan meninggalkan Rino. Kini
Citra tak bisa lagi menahan tangisnya. Semuanya telah berakhir karena perempuan
itu, perempuan yang baru beberapa hari dia kenal.
Citra
langsung menghampiri Vina ke meja kerjanya, dia memeluk Vina kuat hingga Vina
tak bisa bernafas. Airmata Citra terus berjatuhan. Vina mencoba melepaskan
pelukan Citra dan mencoba berbicara dengan Citra, namun Citra tak berbicara
sedikitpun, dia hanya menangis.
“Jangan
nangis, malu sama anak TK.” Ucap Vina seraya memberi tissue pada Citra, dan
Citra menceritakan semuanya.
***
Beberapa
bulan berlalu, ini sangat menyakitkan bagi Citra. Setiap hari dia harus melihat
Fitri dan Rino berduaan. Makan siang berdua, pulang kantorpun berdua. Dulu
Citra yang berada disamping Rino, kini posisi itu telah digantikan oleh
kehadiran Fitri. Tak jarang Citra menangis melihat kebersamaan mereka, bahkan
Citra hampir tidak pernah keluar kantor saat jam istirahat makan siang, Citra
memilih menitip makanan kepada Vina atau terkadang Citra membawa bekal.
Citra
sebenarnya bukan tipe wanita cengeng,
dia kuat. Citra adalah tipe wanita humoris, begitu juga dengan Rino. Mereka
sesama makhluk humoris adalah pasangan yang sangat cocok. Pernah suatu hari saat
mereka ribut, dan Citra mengancam untuk putus namun Rino membuat suasana
menjadi cair.
“Yaudah,
kita putus! Aku capek pacaran sama kamu!” Kata Citra pada Rino suatu hari
mereka bertengkar.
“Kalo
capek ya istirahat.”
“Aku
bakal balikin semua barang-barang yang kamu kasih ke aku.” Ucap Citra lagi.
“Mau
kamu bakarpun terserah. Tapi underwear yang aku kasih ke kamu waktu valentine
itu nggak usah kamu balikin.” Jawab Rino.
“Kenapa?”
“Kalo
kamu kasih ke aku, siapa yang mau pake? Masa iya aku pake underwear cewek?
Jangan gila dong!” Jawab Rino
Saat
itu Citra yang sedang emosi menjadi surut emosinya lantaran ucapan Rino itu.
“Ya
kamu bisa kasih ke selingkuhan kamu.” Jawab Citra, masih sedikit emosi.
“Masa
iya aku kasih underwear bekas kamu? Lagian ukuran kalian beda. Dia lebih montok
dari kamu.” Jawab Rino.
“Rinoooooo……….”
Saat itu Citra menjambak-jambak rambut Rino.
Kenangan
bersama itu kembali teringat di kesendirian Citra. Seperti malam ini, Citra
hanya melamun dikamar kostnya, bahkan ketika Vina masuk Citra tak begitu
menghiraukan keberadaan Vina.
“Rino.
Aku kangen sama kamu. Aku rindu saat-saat itu masih bersama. Aku rindu canda
dan tawa denganmu. Aku rindu saat itu ribut, bertengkar, cekcok sampe
bacok-bacokan kalo bisa.” Citra mulai hilang waras, dia mulai berbicara
sendiri. Vina membujuk Citra untuk makan, Vina tak ingin sahabatnya sakit hanya
karena laki-laki bodoh. Ya, memang laki-laki bodoh yang meninggalkan satu
perempuan untuk perempuan lain. Vina mencoba menghibur dan menemani Citra malam
itu. biar bagaimanapun Vina tak akan membiarkan Citra jatuh.
***
“Aku
pegang Real Madrid, kamu Barcelona ya.” Kata Rino pada Citra.
“Enggak
ah, aku Real Madrid kamu Barcelona.” Jawab Citra.
“Ya
udah. Aku ngalah, yang waras harus ngalah.”
“Jadi
kamu bilang aku gila?” Citra melotot pada Rino.
“Kalo
Real Madrid kalah kamu harus jadi pacar aku, tapi kalo Real Madrid menang, aku
harus jadi pacar kamu.” Ucap Rino.
“Dih.
Mana bisa seperti itu. Menang banyak dong kamu. Real Madrid menang atau kalah
sama aja dong?”
Rino
hanya mengangguk sambil tersenyum menggoda Citra.
Saat itu Rino dan Citra nonton
bareng pertandingan bola. Hingga akhirnya Real Madrid yang menang dan itu
berarti Rino yang harus menjadi pacar Citra. Menang atau kalah intinya sama
saja. Lagi-lagi Citra mengingat masa-masa dengan Rino dulu. Sebenarnya taruhan
bola itu hanya trik Rino saja untuk mendapatkan Citra dan Citrapun menyetujui
saja karena sebenarnya Citrapun memiliki rasa kepada Rino.
Sejak pertama berkenalan di kantor,
masa pendekatan, masa pacaran hingga tunangan, semuanya masih teringat oleh
Citra. Memang ini semua tidak mudah untuk membuang kenangan bersama Rino.
Citra masih ingat saat Rino menegur
kelakuan Citra yang alay, sedikit-sedikit share di media sosial, mau makan
dimana dan makan apa. Sedang apa sedang dimana bersama siapa selalu dishare,
melapor ke media sosial, sudah seperti reporter dunia maya saja. Hingga saat
itu Rino berkata, “Sekalian aja kamu buang air kamu share, kamu mandi kamu
share, kalo perlu kamu foto trus kamu share.” Mendengar ucapan Rino itu Citra
langsung murka. Teganya Rino berkata Citra foto waktu mandi dan dishare.
“Kamu kurang kerjaan, semua kamu share. Trus nanti, kalo kamu mati siapa
yang mau share di media sosial?” tanya Rino.
“Emangnya kalo kamu nanti mati,
arwah kamu bisa bikin status, “temen-temen gue meninggal nih. Aduh kuburan gue
sempit nih, aduh kuburannya panas nih. Memang kalo kamu mati arwah kamu bisa
jadi reporter dunia maya?” Rino melanjutkan.
“Rinoooo……..
kalo aku mati ya aku enggak share lah.”
“Makanya
kamu enggak usah jadi reporter dunia maya yang selalu update.”
Tuh kan, Citra masih ingat Rino.
Saat-saat bersama Rino. Saat bercanda dan tertawa bersama. Namun detik masih
terus berputar, hari masih berganti, dan hidup masih terus berjalan. Citra tak
boleh lemah dengan semua ini dia harus kuat. Rindu biarlah hanya menjadi sebuah
kata, kata yang seharusnya penuh makna dan bisa dinikmati kini memiliki arti
kosong dan hambar. Rindu yang seharusnya bisa dinikmati harus dibuang.
Vina masih menemani Citra.
“Citra,
aku kangen Citra yang dulu. Citra yang selalu ceria, yang kuat masalah apapun,
apalagi hanya masalah cowo. Citra yang aku kenal nggak lemah.” Ucap Vina pada
Citra.
“Aku
hanya butuh waktu untuk mengikhlaskan semuanya.” Jawab Citra sambil tersenyum
dan lesung pipitnya itu membuat Citra semakin terlihat manis.
“Aku
rindu keceriaan diwajah sahabatku.” Ucap Vina lagi kemudian memeluk Citra.
“Citra
Mawarni. Seperti namamu, kamu harus kuat dan tetap mempesona seperti mawar.
Cantik namun berduri. Cantik namun tak sembarangan di sentuh.” Lanjut Vina
“Aku
merindukan senyum dan tawa diwajah sahabatku, aku merindukan senyuman Citra,
senyuman mawar.”
*** SELESAI ***
Tentang Penulis :
Siska L. Rumahorbo. Suka Real Madrid C.F, suka Cristiano
Ronaldo (tapi sayang Ronaldonya ga suka Siska), suka Mario Gotze (dan ternyata
Mario Gotze juga suka Siska, *dalam mimpinya Siska*). Alumni Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa Banten. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. FB : Siska Lasria
Rumahorbo. Twitter : @kikareky dan @kim289_, LINE : siskalasriarumahorbo. Blog:
siskalasriar289.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar