Pages

Rabu, 17 September 2014

Flashback


Cerpen yang lolos dalam event bertema "RINDU". Penerbit Mafaza Media

 
Flashback
~ Oleh Husnul Amalia ~

Tes… tes…
            Butiran basah itu mengenai seragamku, ku percepat langkahku menuju halte bus.
Tap.
            Huh! Aku selamat. Tak lama berselang langit kembali bergemuruh dan luruhlah awan-awan hitam itu menjadi hujan. Aku mendudukkan diri di kursi halte, bus berikutnya masih lima belas menit lagi. Kulihat di jalanan mobil-mobil berjalan dengan tenang sedangkan para sepeda motor melaju dengan cepat.
Duarrr…
            Sekali lagi suara nyaring nan memekakkan itu kudengar. Aku menegakkan kepala ke arah langit dan disana terlihat beberapa kilatan cahaya yang disebut petir.
            “Hujan, hujan, hujan.” Gumamku lalu menutup mata, ku hirup dalam-dalam aroma hujan yang damai dan menyejukkan.
            “Hujan… hujan… hujan…” Seseorang meneriakkan hal yang sama denganku, aku membuka mata perlahan dan hal aneh terjadi padaku. Sekarang aku sudah berdiri disudut halte menghadap dua anak perempuan yang sedang berteduh dari hujan, dan aku sangat mengenali mereka. Vanesa dan diriku sendiri.
            “Hujan… Yuhuuu!” Vanesa berteriak kegirangan, aku tahu dia begitu menyukai hujan. Kenapa? Entahlah, dari saat pertama aku mengenalnya dia sudah begitu. Aku yang disana hanya tertawa melihat tingkahnya yang seperti belum pernah melihat hujan.
            “Vanesa hentikan, kau membuat semua orang mengiramu sakit.” Ujarku dengan mengangkat telunjuk kananku dan memiringkannya di depan dahi dan dia, hanya tertawa.
            “Key, ayo kita main sebentar.” Ajaknya.
            Aku hanya mengangkat sebelah alis, “Main apa?”
            “Ayo!” Dengan sekali tarikan ia membawaku keluar dari bawah halte dan membuatku basah kuyup.
            “Vanesa!” Pekik ku kesal, sekarang seragamku basah semua.
            “Hahaha… Nikmati saja, sekarang coba lakukan ini.” Ia menarik nafas dalam dan “AAAAAAAAAAA!” Berteriak keras.
            “Tidak mau.” Tolakku.
            “Ayolah Key sekali saja, ini sangat menyenangkan.” Bujuknya meyakinkan.
            Huh! Oke, aku terlanjur basah jadi kupikir mungkin tak akan ada ruginya. Ku tarik nafas dalam-dalam lalu ikut berteriak bersamanya. “AAAAAAAAAAAAAA!”
            “Hah… hahahaha…” Akhirnya kami malah tertawa bersama karena kehabisan nafas.
            Kali ini bukan hujan, tetapi butiran basah lain yang membentuk sungai kecil di wajahku, “Vanesa,” aku masih bergumam lirih memandangi dua anak perempuan yang sedang tertawa di bawah hujan itu. Rasanya seperti ada luka yang kembali menganga saat aku melihat wajahnya lagi. “Vanesa, ak—aku merindukanmu.. Hiks…”
            “Kenapa kau pergi? Kenapa meninggalkanku, Vanesa? Hiks…” Aku mengelap mataku beberapa kali, mencoba menghapus jejak air mata yang mengalir. Saat pandanganku semakin  jelas, aku kembali berada di kursi halte. Sedang duduk menghadap ke jalanan yang sibuk dan masih hujan.
            Ku tengokkan wajahku ke kanan dan kiriku mencari dua bayangan tadi, tetapi tak ada siapapun. Aku ingat betul kejadian itu terjadi saat kami masih sama-sama duduk di bangku SMP. Dan tadi benar-benar seperti nyata.
            “Vanesa!” Lagi, aku mendengar seseorang memanggil namanya—Vanesa. Aku kembali celingukan mencari sumber suara itu.
            “Vanesa!” Dan tepat pada suatu arah aku melihat diriku lagi, di seberang jalan berteriak memanggil nama Vanesa dari kejauhan di bawah hujan.
            Mataku beralih menatap ke arah bayanganku memanggil Vanesa. Dia berdiri di samping zebra cross, kepalanya menunduk dengan tangan yang membekap mulutnya sendiri. Tubuhnya menggigil kedinginan disana dan dia juga sedang menangis. Dia turun dari trotoar dan menyebrangi zebra cros tanpa melihat kanan dan kirinya. Sementara dari kejauhan aku berusaha mendekatinya sambil berteriak mencegahnya menyebrang, tetapi seakan tak mendengar suaraku diantara suara air hujan, dia tetap menyebrang.
Dan tiba-tiba,
Brakk… ckittttttttt
            Kecelakaan itu terjadi. Tubuhnya terpental jauh dari zebra cros. Rasanya semua oksigen disekitarku meluap entah kemana, jantungku seperti menolak untuk berdetak dan sesaat aku hanya bisa berdiri kaku di trotoar.
            “Vanesa!!!” Teriakku, secepat mungkin aku berlari kearahnya. Darah mengalir deras dari kepalanya yang menghantam aspal, nafasnya tercekat dan tubuhnya begitu sulit untuk ia gerakkan. “Vanesa sadarlah! Vanesa!!” Aku mengguncang tubuhnya dengan panik.
            “Vanesa… buka matamu! lihat aku Vanesa!!”

Ckittt cesss
            Sebuah bus yang berhenti menghalangi pandanganku. Spontan aku melangkah buru-buru kedalam bus. Aku mencari ke luar jendela di samping supir bus dan hilang, semua kejadian tadi menghilang. Kakiku terasa lemas, sedetik kemudian aku ambruk dikursi belakang kemudi. Vanesa, dia meninggal karena kecelakaan itu. Aku melihat sendiri tubuhnya terpental jauh dari sana, sahabatku. Vanesa…

            Hy! Namaku Husnul Amalia. Panggil saja, aku Husnul. Aku lahir di Singkawang, 17 Maret 1998. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku bersekolah di SMK Negeri 1 Singkawang, sekarang aku duduk di bangku kelas 2,  jurusan Teknik Gambar Bangunan. Hobiku adalah membaca novel dan komik, aku juga penggemar lagu-lagu korea.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar