Cerpen yang lolos dalam event bertema "RINDU". Penerbit Mafaza Media
Flashback
~ Oleh Husnul Amalia
~
Tes…
tes…
Butiran basah itu mengenai
seragamku, ku percepat langkahku menuju halte bus.
Tap.
Huh! Aku selamat. Tak lama berselang
langit kembali bergemuruh dan luruhlah awan-awan hitam itu menjadi hujan. Aku
mendudukkan diri di kursi halte, bus berikutnya masih lima belas menit lagi.
Kulihat di jalanan mobil-mobil berjalan dengan tenang sedangkan para sepeda
motor melaju dengan cepat.
Duarrr…
Sekali lagi suara nyaring nan memekakkan
itu kudengar. Aku menegakkan kepala ke arah langit dan disana terlihat beberapa
kilatan cahaya yang disebut petir.
“Hujan, hujan, hujan.” Gumamku lalu
menutup mata, ku hirup dalam-dalam aroma hujan yang damai dan menyejukkan.
“Hujan… hujan… hujan…” Seseorang
meneriakkan hal yang sama denganku, aku membuka mata perlahan dan hal aneh
terjadi padaku. Sekarang aku sudah berdiri disudut halte menghadap dua anak
perempuan yang sedang berteduh dari hujan, dan aku sangat mengenali mereka.
Vanesa dan diriku sendiri.
“Hujan… Yuhuuu!” Vanesa berteriak
kegirangan, aku tahu dia begitu menyukai hujan. Kenapa? Entahlah, dari saat
pertama aku mengenalnya dia sudah begitu. Aku yang disana hanya tertawa melihat
tingkahnya yang seperti belum pernah melihat hujan.
“Vanesa hentikan, kau membuat semua
orang mengiramu sakit.” Ujarku dengan mengangkat telunjuk kananku dan memiringkannya
di depan dahi dan dia, hanya tertawa.
“Key, ayo kita main sebentar.”
Ajaknya.
Aku hanya mengangkat sebelah alis,
“Main apa?”
“Ayo!” Dengan sekali tarikan ia
membawaku keluar dari bawah halte dan membuatku basah kuyup.
“Vanesa!” Pekik ku kesal, sekarang
seragamku basah semua.
“Hahaha… Nikmati saja, sekarang coba
lakukan ini.” Ia menarik nafas dalam dan “AAAAAAAAAAA!” Berteriak keras.
“Tidak mau.” Tolakku.
“Ayolah Key sekali saja, ini sangat
menyenangkan.” Bujuknya meyakinkan.
Huh! Oke, aku terlanjur basah jadi
kupikir mungkin tak akan ada ruginya. Ku tarik nafas dalam-dalam lalu ikut
berteriak bersamanya. “AAAAAAAAAAAAAA!”
“Hah… hahahaha…” Akhirnya kami malah
tertawa bersama karena kehabisan nafas.
Kali ini bukan hujan, tetapi butiran
basah lain yang membentuk sungai kecil di wajahku, “Vanesa,” aku masih bergumam
lirih memandangi dua anak perempuan yang sedang tertawa di bawah hujan itu.
Rasanya seperti ada luka yang kembali menganga saat aku melihat wajahnya lagi.
“Vanesa, ak—aku merindukanmu.. Hiks…”
“Kenapa kau pergi? Kenapa
meninggalkanku, Vanesa? Hiks…” Aku mengelap mataku beberapa kali, mencoba
menghapus jejak air mata yang mengalir. Saat pandanganku semakin jelas, aku kembali berada di kursi halte.
Sedang duduk menghadap ke jalanan yang sibuk dan masih hujan.
Ku tengokkan wajahku ke kanan dan
kiriku mencari dua bayangan tadi, tetapi tak ada siapapun. Aku ingat betul
kejadian itu terjadi saat kami masih sama-sama duduk di bangku SMP. Dan tadi
benar-benar seperti nyata.
“Vanesa!” Lagi, aku mendengar
seseorang memanggil namanya—Vanesa. Aku kembali celingukan mencari sumber suara
itu.
“Vanesa!” Dan tepat pada suatu arah
aku melihat diriku lagi, di seberang jalan berteriak memanggil nama Vanesa dari
kejauhan di bawah hujan.
Mataku beralih menatap ke arah
bayanganku memanggil Vanesa. Dia berdiri di samping zebra cross, kepalanya
menunduk dengan tangan yang membekap mulutnya sendiri. Tubuhnya menggigil
kedinginan disana dan dia juga sedang menangis. Dia turun dari trotoar dan
menyebrangi zebra cros tanpa melihat kanan dan kirinya. Sementara dari kejauhan
aku berusaha mendekatinya sambil berteriak mencegahnya menyebrang, tetapi
seakan tak mendengar suaraku diantara suara air hujan, dia tetap menyebrang.
Dan
tiba-tiba,
Brakk…
ckittttttttt
Kecelakaan itu terjadi. Tubuhnya
terpental jauh dari zebra cros. Rasanya semua oksigen disekitarku meluap entah
kemana, jantungku seperti menolak untuk berdetak dan sesaat aku hanya bisa
berdiri kaku di trotoar.
“Vanesa!!!” Teriakku, secepat
mungkin aku berlari kearahnya. Darah mengalir deras dari kepalanya yang
menghantam aspal, nafasnya tercekat dan tubuhnya begitu sulit untuk ia gerakkan.
“Vanesa sadarlah! Vanesa!!” Aku mengguncang tubuhnya dengan panik.
“Vanesa… buka matamu! lihat aku
Vanesa!!”
Ckittt
cesss
Sebuah bus yang berhenti menghalangi
pandanganku. Spontan aku melangkah buru-buru kedalam bus. Aku mencari ke luar
jendela di samping supir bus dan hilang, semua kejadian tadi menghilang. Kakiku
terasa lemas, sedetik kemudian aku ambruk dikursi belakang kemudi. Vanesa, dia
meninggal karena kecelakaan itu. Aku melihat sendiri tubuhnya terpental jauh
dari sana, sahabatku. Vanesa…
Hy! Namaku Husnul Amalia. Panggil
saja, aku Husnul. Aku lahir di Singkawang, 17 Maret 1998. Aku anak pertama dari
dua bersaudara. Aku bersekolah di SMK Negeri 1 Singkawang, sekarang aku duduk
di bangku kelas 2, jurusan Teknik Gambar
Bangunan. Hobiku adalah membaca novel dan komik, aku juga penggemar lagu-lagu
korea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar