Cerpen yang lolos dalam event bertema "RINDU" penerbit Mafaza Media
RAMA
Oleh
Novita Fitri Roosanti
Langit
terlihat mendung, semendung hati Alya yang sedari tadi berdebat dengan
Bundanya.
“Kenapa
Bunda enggak ngijinin Alya nikah sama Mas Ahmad, bukannya dulu Bunda setuju aku
dekat dengan dia, tapi kenapa Bunda berubah?” Air mata Alya sudah tidak dapat
ditahan lagi.
“Bunda
rasa Ahmad enggak cocok buat kamu, Al.”
“Mas
Ahmad itu serius sama Alya, buktinya dia sudah berusaha melamar aku ke Bunda.
Tapi apa, Bunda tidak pernah memberi kejelasan. Pria seperti apa yang pantas untukku
menurut Bunda? Yang kaya seperti Farel tapi tukang selingkuh, atau berpangkat
seperti Ilham, yang belum jadi apa-apa saja sudah main tangan.” Alya semakin
terisak
“Bukan
itu yang Bunda maksud, Al. Bunda cuma ...”
“Cuma
apa? Bunda memang nggak ingin Alya bahagia kan. Coba aja Rama masih di sini.”
Alya memotong penjelasan Bundanya, lalu pergi ke dalam kamar. Setelah itu
terdengar bunyi pintu dibanting.
“Sudah,
Lin. Biarkan Alya tenang dulu.” Nenek berusaha menenangkan Bunda.
***
“Rama
... Buatkan aku kipas lagi ya. Habis itu belikan permen, ya.” Gadis kecil itu
berlari menghampiri kakeknya, dengan manjanya sambil membawa kertas.
Rama,
begitu gadis kecil itu memanggil kakeknya, yang dalam Bahasa Jawa berarti ayah.
Sedangkan untuk Neneknya dia memanggil Ibu.
“Iya,
sebentar. Rama minum dulu, ayo Alya minum juga. Ini sudah dibuatkan teh sama
ibu.” Rama mengajak Alya untuk minum.
“Ayo
diminum, Ibu sudah buat teh kesukaan Alya.” Ibu menyambung ucapan Rama.
“Hore
...” Alya meraih gelas dari Ibu, dan langsung meminum teh didalamnya.
Rama
dan Ibu tersenyum melihat cucunya yang sangat lucu.
“Bu
kalau aku sudah nggak ada, titip Alya ya. Jaga hatinya, bahagiakan dia jangan
sampai ada yang menyakiti dia. Termasuk Bundanya.” Rama seperti memberi sebuah
amanat kepada istrinya.
“Tentu
Rama, Ibu akan jaga Alya sebaik mungkin.”
***
Alya
berjalan di sebuah tempat yang asing baginya. Semua serba putih dan berkabut,
sesekali dia berputar untuk memastikan di mana dia berada.
“Alya
...” Tiba-tiba terdengar suara yang tak asing baginya.
“Rama
... Ini benar Rama?” Dilihatnya sosok kakek yang selama ini dirindukan.
“Iya,
Alya.” Rama tersenyum pada Alya.
“Rama,
Alya mau ikut Rama. Alya sangat rindu sama Rama.”
“Kamu
mau ikut Rama? Belum waktunya,Sayang. Memang kamu kenapa?”
“Alya
enggak suka sama Bunda, bukan sekali ini Bunda menggagalkan keinginan Alya
untuk menikah. Apalagi dengan alasan yang tidak jelas. Bawa aku Rama, apa Rama
tidak merindukanku?” Alya menagis di depan sosok kakek dihadapannya.
“Rama
juga sangat merindukanmu, tapi belum saatnya kamu berada di dekat Rama. Tetap
hormati Bundamu, sebagai orang yang telah melahirkanmu. Ingat satu hal, Sayang.
Semua yang baik akan terbuka dengan sendirinya, kamu tidak usah khawatir. Rama
yakin kamu bisa mengatasinya. Sekarang kamu kembali ya, Rama juga harus kembali.
Suatu saat kita akan bersama.” Dengan senyuman, Rama berjalan menjauhi Alya
semakin lama semakin jauh lalu menghilang.
“Rama
...” Alya terbangun dan melihat sekeliling kamar bernuansa krem yang ditempati.
Tak ada sosok Rama yang dicari, hanya ada foto Rama dalam pelukannya.
Dilihatnya kembali foto itu lalu didekapnya erat-erat.
***
Di
tempat pemakaman umum, tepatnya di samping sebuah pusara, tengah duduk Alya
yang sedang membacakan do'a. Setelah selesai, dipegangnya batu nisan itu.
“Rama,
terima kasih telah mendatangiku. Kuharap kau tenang di sana, aku akan
menjalankan amanatmu. Tunggu aku, aku sangat merindukanmu.” Semilir angin ikut
serta mengantar do'a Alya. Bersama tetesan air mata rasa rindunya.
*** THE END ***
Penulis
kelahiran 17 November 1989 ini lebih suka dipanggil dengan sebutan Nophee.
Penulis tinggal di Malang, lulusan salahs satu SMK Negeri. Kini beraktifitas
sebagai guru privat. Sejak SMP hobi menulis tapi sama sekali tidak pernah dipublikasikan.
Dan akhir-akhir ini rasa percaya diri itu mulai muncul, hingga membuatnya
semangat untuk terusbelajar menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar